Pembangunan Infrastruktur Bangkitkan Perekonomian Daerah

    30
    JAKARTA (Bisnisjakarta)-
    Pembangunan Infrastruktur era Presiden Joko Widodo dinilai sudah tepat, karena terbukti berhasil mendorong perekonomian daerah. Namun, pemerintah daerah didorong untuk terus berinovasi agar dapat mengoptimalkan potensi daerah masing-masing terutama di sektor pariwisata dan ekonomi pedesaan. Demikian kesimpulan diskusi IndoSterling Forum bertajuk Mengukur Infrastruktur : Sejauh Mana Pembangunan Infrastruktur Menstimulasi Pembangunan Ekonomi di Daerah yang berlangsung di Jakarta , Selasa,(6/8).

    Hadir sebagai keynote speaker Dirjen Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kemedesa PDTT, Taufik Masjid, dan Deputi I Kepala Staff Kepresidenan Bidang Pengendalian Pembangunan Program Prioritas,  Darmawan Prasojo .

    Sementara para pakar yang hadir dalam diskusi antara lain, pengamat ekonomi  Faisal H. Basri, anggota Komisi V DPR-RI Syarif Abdullah Alkadrie, serta Ari Kuncoro,  Guru Besar dan Dekan  Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.

    Darmawan Prasojo menyebutkan, proyek infrastruktur bukan hanya mengurangi waktu tempuh perjalanan ataupun mempercepat jalur logistik, tapi lebih jauh lagi mendorong  dan menggerakkan ekonomi kerakyatan. "Dulu Jakarta – Cirebon ditempuh dengan waktu 10-12 jam , sekarang hanya 3,5 – 4 jam saja,. Kehadiran Infrastruktur ini mendorong berkembangnya ekonomi daerah," ujarnya.

    Baca Juga :   BPI-Viddsee Kerja Sama Majukan Film Pendek

    Kehadiran Infrastruktur iuga mendorong industri pariwisata dan bisnis lokal. Dia mencontohkan, jumlah pedagang kuliner Cirebon meningkat setelah  adanya Tol Cipali. "Pembangunan infrastruktur mendorong pariwisata dan mampu menggerakkan ekonomi rakyat di daerah," ujarnya.

    Darmawan menyebutkan visi pembangunan infrastruktur Presiden Jokowi sangat sederhana namun dengan kesederhanaanya itu menghilangkan hambatan dalam pelaksanaanya. "Kita melihat bahwa pembangunan infrastruktur di seluruh pulau-pulau di Republik ini telah berbuah manis, berhasil menggerakkan perekonomian rakyat," ujarnya.

    Dia menambahkan, pembangunan infrastruktur tanpa adanya interaksi dan koordinasi pemerintah daerah, investor dan komponen masyarakat tidak akan terwujud.

    Eksistensi Desa

    Taufik Madjid, dalam paparannya mengungkapkan bahwa saat ini telah terjadi perubahan paradigma pembangunan desa di mana desa sebagai subyek utama pembangunan.Pertama, pemberian kewenangan berdasarkan azas rekognisi dan subsidiaritas yang berarti pengakuan dan penghormatan terhadap keberadaan (eksistensin desa).

    Sedangkan subsidiaritas berarti penggunaan kewenangan staf lokal. Kedua,lanjut dia,kedudukan desa sebagai pemerintah berbasis masyarakat, yaitu campuran dari komunitas yang mengatur dirinya sendiri (self governing community) dan pemerintah lokal (lokal self goverment).

    Baca Juga :   Kelesuan Sektor Riil Jadi Sorotan

    Untuk mewujudkan hal itu, lanjut Taufik Majid, dilaksanakan kebijakan dana desa yang dari sisi pembangunan infrastruktur, sejak tahun 2015 sampai 2018, penyalurannya tiap tahun meningkat.Yang berlanjut pada  program  prioritas penggunaan desa, realisasi belanja dana desa, serta capaian output dana desa yang makin lama kian baik hasilnya

    Hingga kini ,kata dia, telah terbangun sepanjang 191.600 km jalan, 1.140 ribu jembatan, dan 5.371 unit dermaga. "Apa yang telah dicapai dari program Dana Desa adalah telah menunjang aktivitas ekonomi masyarakat serta telah  meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa," katanya. 

    Menurut dia, salah satu indikator dalam pembangunan desa adalah tingkat  kepemilikan aset masyarakat dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan ekonomi daerah.  "Selain sumberdaya manusia, keberhasilan peningkatan ekonomi desa dapat dilihat dari aset yang dimiliki desa, dan seberapa besar partisipasi masyarakat didalamnya," ujarnya.

    Aglomerasi Ekonomi.

    Sementara itu, Ari Kuncoro menyoroti dampak dari pembangunan infrastruktur. Ari mengungkapkan, pembangunan infrastruktur telah mendorong  peningkatkan kapasitas produksi perekonomian, menghubungkan kutub-kutub pertumbuhan/aglomerasi ekonomi.

    Selain itu, program Infrastruktur telah mendorong peningkatan akses bekerja bagi penduduk kota/pedesaan dan peningkatan akses  perdagangan bagi penduduk/kota pedesaan. Selain itu juga meningkatkan akses kesehatan dan pendidikan tinggi serta  relokasi sektor manufaktur ke daerah pedalaman.

    Baca Juga :   Dirjen Otda Kemendagri dan Stafsus Presiden Perkenalkan Para-Para Papua di Padang

    Menurut Ari, dampak terbesar dari pembangunan infrastruktur di era Presiden Joko Widodo adalah pada peningkatakan perekonomian daerah. Masyarakat tidak perlu lagi mencari penghidupan di kota besar, namun mereka dapat membangun usaha dengan tetap tinggal di desa.

    Ari juga menambahkan bahwa pada tahun 2018 ini BPS juga mencatat  angka kemiskinan terendah  sejak tahun 1999 yaitu sebesar 9,82 persen dari jumlah penduduk total.

    Dia juga menambahkajn bahwa dampak positif pembangunan infrastruktur lainnyan adalah  pada tingkat propinsi terjadi penurunan ketimpangan antar kabupaten-kota serta terjadi perbaikan setelah 2015.

    Sementara anggota komisi V Syarif Abdullah Alkadrie menegaskan bahwa pembangunan Infrastruktur selain mempermudah transportasi juga mempererat persatuan dan meningkatkan rasa nasionalis kebangsaan.

    Untuk itu kata dia,kesinambungan atau keberlanjutan program kerja pemerintah di bidang infrastruktur untuk menaikkan angka pertumbuhan merupakan pilihan utama. (son)