
Ia mengungkapkan, pengembangan dan pembangunan infrastruktur terkait destinasi wisata baru ini digencarkan sejak empat tahun terakhir. “Meski belum maksimal, kami berhasil menciptakan 40 objek wisata baru. Pencapaian ini tidak terlepas dari bantuan warga Kulon Progo yang bertekad untuk memajukan daerahnya,” kata Sutedjo.
Sebagai contoh, objek wisata Kalibiru itu bisa berkembang dengan pesat atas inisiatif warga setempat. Bahkan mereka sendiri yang mengelolanya. Warga yang sebelumnya mayoritas petani mulai berpartisipasi mendukung, membangun infrastruktur di kawasan hutan negara itu.
Pihak kehutanan sendiri tidak mempermasalahkan inisiatif warga tersebut, selama hutan tetap lestari.
Destinasi Swadaya
Berbicara destinasi wisata Kalibiru, apresiasi positif perlu disampaikan untuk warganya. Betapa tidak, Wisata Alam Hutan Kemasyarakatan Kalibiru yang berada di Perbukitan Menoreh Kulonprogo – Yogyakarta pada ketinggian 450 meter di atas permukaan laut (mdpl) merupakan contoh gotong royong yang baik warisan leluhur.
Destinasi wisata Kalibiru adalah sebagai Teladan Gotong Royong. Hasilnya, desa Kalibiru sekarang makin beken dan fenomenal. Namanya mendunia sejak beberapa tahun terakhir, gara-gara warganya dengan cerdik dan kreatif mengolah potensi keindahan alamnya sebagai spot-spot foto yang keren.
Saban hari, ratusan wisatawan datang untuk berfoto. Desa jadi lebih hidup. Roda ekonomi berputar kencang, setidaknya hingga kini 200-an orang bersandar pada aktivitas pariwisata alam ini.
Semua itu bermula dari inisiatif warga. Wujud dari keinginanan warga untuk mengubah nasib secara bersama-sama. Di situ tak ada monopoli. Semua dikerjakan rame-rame dan swadaya murni. Peran pemerintah menyusul kemudian. Semangat gotong royong di desa Kalibiru bukan slogan kosong. Tapi telah menjadi jiwa seluruh warga.
Desa Kalibiru yang berada di ketinggian dengan udara sejuk menjanjikan kedamaian. Dari ketinggian, wisatawan dapat melihat pemandangan Bukit Menoreh sekaligus dapat melihat waduk Sermo dari atas bukit. Bahkan, jika cuaca cerah nampak di kejauhan putihnya ombak pantai selatan. Dari puncaknya juga, jika melihat ke arah timur terlihat hamparan dataran luas hingga nan jauh ke timur. Jika wisatawan menginap, pagi harinya bisa melihat sunrise dari berbagai spot.
Sutedjo berharap, dengan adanya objek wisata baru ini, jumlah wisatawan yang mengunjungi Kulon Progo pun bisa terdongkrak. Sejauh ini, jumlah kunjungan wisatawan ke Kulon Progo itu terkecil dari empat kabupaten di D.I. Yogyakarta. Untuk tahun 2016 hanya mencapai angka 111 ribu kunjungan. Namun setelah ada pembangunan bandara, serta munculnya destinaai baru, jumlah kunjungan mulai meningkat hingga lebih dari 300 ribu wisatawan.
Meski geliat pariwisata bergerak kencang, Pemkab Kulonprogo mengakui kekurangan sumber daya manusia sektor pariwisata sebagai ganjalan. “Maka kami kerja sama dengan ‘Bule Mengajar’ untuk menyiapkan SDM Pariwisata," katanya. (son)