JAKARTA (Bisnis Jakarta) – Pengamat telekomunikasi dari IndoTelko Forum Doni Ismanto Darwin menilai, peristiwa yang dialami satelit Telkom 1 adalah peristiwa teknologi biasa. Kejadian ini sudah memiliki antisipasi dengan standar operasi prosedur untuk menjaga keberlangsungan bisnis sebuah perusahaan. “Kalau mau tahu pemicu anomali, tentu harus menunggu resmi hasil penyelidikan. Jangan menduga-duga dan membuat kesimpulan. Tetapi ini kan ibarat ada peristiwa kecelakaan. Yang diutamakan itu korban dulu, dalam kasus anomali Telkom 1 sudah benar mereka fokus merecovery layanan,” ujar Doni menanggapi gangguan yang menimpa satelit itu di Jakarta, Selasa (29/8).
Pada dasarnya, menurut Doni, pelanggan satelit itu tak peduli dia dapat bandwitdh dari mana. “Bagi mereka yang penting layanannya kembali normal dan itu yang dilakukan Telkom,” tuturnya.
Dia melihat, Telkom sudah memberikan respons optimal dalam melakukan recovery layanan. “Itu kan ada tahap pemetaan dulu kapasitas dan mengkalkulasi lagi arah antena VSAT di bumi ke transponder baru. Sekitar 15.000 site itu tak mudah, apalagi ini banyak untuk remote area,” katanya.
Optimalkan migrasi
Di tempat terpisah, Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, Alex J, Sinaga menegaskan bahwa PT Telkom fokus mempercepat proses migrasi pelanggan satelit yang mengalami anomali sejak 26 Agustus 2017. Telkom memaksimalkan proses migrasi pelangganTelkom 1 ke satelit Telkom 2, satelit Telkom 3S dan satelit lainnya.
Upaya tersebut dilakukan Telkom demi mempercepat pemulihan layanan kepada pelanggan dan masyarakat. Langkahnya dengan mengerahkan seluruh sumber daya operasional Telkom Group di seluruh Indonesia yang terdiri dari internal Telkom, anak perusahaan dan seluruh mitra terkait. “Kami juga sewa transponder dari satelit Hong Kong dan Tiongkok. Kita sewa soalnya kapasitas satelit Telkom 3S juga sudah mulai terisi,” kata Alex.
Diungkapkan, proses migrasi layanan telah dilakukan sejak 26 Agustus 2017. Penyediaan dan pegalihan transponder Telkom 1 ke transponder satelit pengganti akan selesai pada 30 Agustus 2017. Sedangkan proses repointing antena ground segment akan dilakukan bertahap, secara bersama sama baik dengan pelanggan maupun dengan operator penyedia layanan VSAT hingga 10 September 2017.
Crisis Center
Tercatat Telkom 1 memiliki jumlah pelanggan sebanyak 63 pelanggan, 8 di antaranya merupakan provider VSAT yang memiliki 12.030 site sehingga total ground segment sekitar 15.000 site. “Hingga hari ini proses migrasi sudah 17% dari 15.000 site yang harus di-recovery. Kita prioritaskan recovery ke pelanggan yang melayani publik seperti perbankan, pemerintah, dan sektor swasta. Per hari yang di-recovery itu 1.500 site,” ungkapnya. Untuk mengawal proses recovery berjalan maksimal, Telkom Group membentuk posko crisis center yang beroperasi 7×24 jam.
Alex mengawal langsung proses recovery dimana seluruh progress ter-up date. Crisis center merupakan pusat informasi semua proses recovery layanan pelanggan sekaligus sebagai pusat komando untuk merencanakan dan mengeksekusi setiap langkah-langkah yang dianggap perlu bagi percepatan penyelesaian gangguan layanan. “Saya sudah dua hari ini tidak tidur mengawal sejak anomali terjadi,” katanya.
Sebagaimana diinfokan sebelumnya bahwa pada hari Jumat 25 Agustus 2017 pukul 16.51 WIB mulai terjadi anomali pada satelit Telkom 1. Ada pergeseran pointing antena satelit Telkom 1 sehingga layanan transponder satelit Telkom 1 terganggu.
Secara intensif Telkom bersama Lockheed Martin selaku pabrikan satelit Telkom 1 terus melakukan investigasi. Saat ini, mereka sedang menjalankan prosedur untuk mengetahui kesehatan satelit Telkom 1 secara komprehensif.
Rencana tindak lanjut untuk satelit Telkom 1 baru akan dapat ditentukan dalam beberapa hari kedepan dan tidak tertutup adanya kemungkinan satelit Telkom 1 tidak dapat beroperasi dengan normal kembali. Telkom 1 diasuransikan ke Jasindo, perusahaan asuransi dalam negeri yang memiliki rekam jejak kuat di sektor satelit. (son)