Figur Caleg Tentukan Posisi Partai

JAKARTA (Bisnisjakarta)-
Figur calon angggota legislatif (caleg) dinilai sangat mempengaruhi perolehan suara partai politik pada Pemilu Serentak 2019. Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mendapati bahwa pemilih lebih mempertimbangkan memilih caleg ketimbang partai politikya. "Sebesar 60,3% publik menyatakan lebih mempertimbangkan memilih caleg yang dikenal dalam pemilu nanti. Hanya 26,6% publik yang menyatakan lebih mempertimbangkan memilih partai politik, lalu 13,1 persen tidak menjawab," ucap peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar saat menyampaikan rilis lembaga surveinya di Jakarta, Jumat (5/4).

Rully menjelaskan suara dan posisi partai politik di Pemilu 2019 sangat ditentukan kemampuan partai tersebut mengoptimalkan para calon anggota legislatifnya. Jika menghitung secara populasi nasional, pengaruh caleg terhadap suara dan posisi partai sebesar 15,6 persen. "Artinya suara dan posisi parpol di Pemilu 2019 sangat ditentukan kemampuan partai tersebut mengoptimalkan pengaruh caleg terhadap partai," terangnya.

Dengan demikian, posisi dan dukungan parpol tidak hanya ditentukan persepsi dan kesan parpol di mata pemilih, namun faktor caleg yang dicalonkan di setiap daerah pemilihan (dapil) memiliki kontribusi besar pada posisi parpol.

Lebih jauh, Rully mengatakan, meski faktor caleg cukup penting dalam menopang posisi dan dukungan parpol, namun persoalannya tidak banyak caleg yang mampu menopang suara parpol.

Sebab, hanya 25,8 persen pemilih menyatakan mengenal caleg yang akan dipilihnya dan sebanyak 70,6 persen pemilih  menyatakan tidak mengenal caleg yang akan dipilih.

Rully memberi catatan bahwa prioritas pemilih yang lebih memilih caleg yang dikenal daripada partai politiknya, ditemukan di semua segmen pemilih, mulai dari gender, agama, pendidikan, dan juga pengguna media sosial atau bukan.

Survei LSI Denny JA dilakukan pada 18-26 Maret 2019 dengan menggunakan metode multistage random sampling yang melibatkan 1.200 responden di 34 provinsi. Survei tersebut menggunakan metode wawancara tatap muka menggunakan kuesioner dengan margin of error +/- 2,8 persen.

Selain survei, LSI Denny JA juga melakukan riset kualitatif dengan metode FGD, analisis media, dan indepth interview untuk memperkaya analisa survei.

Pada kesempatan itu, Rully menekankan bahwa survei yang dilakukan lembaganya dengan biaya sendiri. (har)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button