Desain Pusat Cenderamata sebagai bagian dari desain arsitektur nusantara dapat memperkuat karakter destinasi pariwisata Indonesia yang memiliki keunggulan dalam hal kearifan lokal di masing-masing daerah. "Desain pusat cenderamata pariwisata ini bagian dari arsitektur nusantara yang dapat memperkuat karakter destinasi pariwisata di 10 destinasi pariwisata prioritas (DPP) yang dikembangkan sebagai Bali Baru,” kata Menpar Arief Yahya di Jakarta, Minggu (2/12).
Menpar mengatakan upaya memperkuat karakter destinasi pariwisata di masing-masing daerah tujuan wisata di Tanah Air menjadi perhatian serius Presiden Jokowi. “Presiden Jokowi dalam kunjungan kerja ke daerah berkali-kali mengamanatkan masalah arsitektur nusantara tersebut,” kata Menpar.
Menpar Arief Yahya melanjutkan, pada kunjungan kerja ke Sumbar pada awal Februari 2018 lalu, Presiden Jokowi mencanangkan revitalisasi 1000 Rumah Gadang di Kabupaten Solok Selatan, Sumbar, sebagai upaya menjaga dan meningkatkan kecintaan pada arsitektur nusantara, khususunya khas Sumbar.
Direktur PT Propan Raya Yuwono Imanto mengatakan, sayembara Desain Pusat Cenderamata Pariwisata 2018 diselenggarakan Kemenpar, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), dan PT Propan Raya serta didukung oleh BRI dengan total hadiah sebesar Rp 1 miliar.
Sayembara desain ini telah dilaksanakan sebanyak 5 kali. Untuk sayembara pertama murni diselenggarakan PT Propan Raya, selanjutnya merupakan hasil kolaborasi antara PT Propan Raya, Kemenpar, dan Bekraf. Kelima sayembara itu meliputi Sayembara Desain Rumah Budaya Nusantara (2013), Sayembara Desain Desa Wisata Nusantara (2014), Sayembara Desain Bandar Udara Nusantara (2015), Sayembara Desain Rumah Wisata (Homestay) Nusantara (2016), Sayembara Desain Restoran Nusantara (2017), dan tahun 2018 sayembara Desain Pusat Cenderamata Pariwisata.
Dalam sayembara Desain Pusat Cenderamata Pariwisata 2018 diikuti sebanyak 366 karya terbagi dalam 10 DPP dengan jumlah tim sebanyak 285. Dari total karya yang masuk terdiri atas Danau Toba (Sumut) 50 karya, Tanjung Kelayang (Babel) 27 karya, Tanjung Lesung (Banten) 23 karya, Kepulauan Seribu dan Kota Tua (Jakarta) 30 karya, Borobudur (Jateng) 51 karya, Bromo-Tengger- Semeru (Jatim) 35 karya, Mandalika (NTB) 37 karya, Labuan Bajo (NTT) 48 karya, Wakatobi (Sultra) 37 karya, serta Morotai (Maluku) 28 karya. (son)