Mahasiswa STPP Bogor Kembangkan Jamur Tiram

Bogor, 22/2 (Bisnis Jakarta) – Sejumlah mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluh Partanian (STPP) Bogor, Jawa Barat, mengembangkan budi daya jamur tiram dalam rangka menumbuhkan minat wirausaha muda pada bidang pertanian.

Nidia Qurrota A’yunin, Ketua Kelompok Budi Daya Jamur Tiram STPP Bogor di Bogor, Kamis, mengatakan usaha budi daya jamur tiramnya dimulai Januari 2018.

Menurut dia, dalam waktu kurang dari satu bulan, jamur tiram sudah bisa dipanen.

Selama masa panen yang berlangsung tiga minggu, ia mengatakan kelompoknya sudah menjual hampir 200 kilogram jamur tiram.

“Jamur kami pasarkan ke masyarakat, orang tua mahasiswa, pegawai kantor, dan pedagang di Pasar Bogor,” katanya.

Nidia bersama sejumlah teman seangkatannya tergabung sebagai peserta program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) yakni program beasiswa berwirausaha dari Kementerian Pertanian dalam rangka menumbuhkan minat wirausaha pertanian di kalangan mahasiswa.

Kelompok ini menamai dirinya My Fario’s.Co merupakan gabungan tiga kelompok mahasiswa pembudidaya jamur tiram yakni My Musrhroom (PWMP 2016), FA2KAR (PWMP 2017), dan Mario’s Room (PWMP 2017).

Ketiga kelompok ini bergabung mengembangkan budi daya jamur tiram di rumah jamur berukuran 7×6 meter. Rumah jamur atau kumbung ini dapat menampung 5.000 baglog jamur atau wadah tempat bertumbuhnya jamur.

“Tapi kami hanya mengisi 3.000 baglog jamur untuk memperhatikan aspek keberlanjutan budi daya,” katanya.

Usaha budi daya jamur tiram ini diawali dengan perencanaan yang matang oleh ketiga kelompok PWMP tersebut. Segala perhitungan dilakukan mulai manajemen memulai usaha budi daya, menghitung modal, pengeluaran, cara budi daya, hingga nanti pemasarananya.

Agar menghasilkan jamur tiram yang berkualitas, lanjutnya, mereka memilih baglog dalam kondisi 90 persen dengan harga Rp1.700 per baglog.

Kondisi 90 persen yang dimaksudkan adalah di mana jamur sudah bisa tumbuh hanya dalam waktu kurang lebih satu minggu.

“Jadi panennya bisa dibagi dalam dua periode,” katanya.

Periode panen pertama dilakukan hanya sebagian untuk jamur-jamur yang sudah lebih dulu tumbuh besar. Namun hasilnya masih sedikit dan kurang bagus.

“Periode panen pertama ini kami lakukan selama kurang lebih satu minggu, dalam sehari kami bisa panen dua sampai lima kilo jamur,” katanya.

Pada periode panen kedua merupakan panen serentak. Panen ini sudah berlangsung selama dua pekan. Dalam satu hari panen dapat menghasilkan sekitar 12-15 kg jamur tiram.

Menurut Nidia, periode panen kedua akan berlangsung sampai enam minggu. Setelah itu akan terjadi penurunan kuantitas dan kualitas panen.

“Setelah tiga bulan masa tanam dan panen, baglog harus diganti dengan yang baru,” katanya.

Terkait harga jual, lanjut Nidia, harga jamur tiram di pasaran bervariasi tergantung kualitasnya, mulai dari Rp10 ribu sampai Rp15 ribu per kg.

Kelompok PWMP My Fario’s.Co serius mengembangkan usaha budi daya jamur tiram yang bisa menjadi bekal buat ilmu setelah lulus kuliah nanti.

Melalui program PWMP, Kementerian Pertanian mendorong minat dan kreativitas mahasiswa untuk berwirausaha di sektor pertanian. Mahasiswa dilatih pandai membaca peluang usaha, semangat berwirausaha, dan memupuk mental pantang menyerah memulai usaha pertanian dengan segala problematikannya.

“Kami mendapatkan pembelajaran wirausaha itu dalam program PWMP, ke depan kami ingin mengembangkan olahan jamur tiram, agar produk pertanian yang dihasilkan lebih ber daya saing,” kata Nidia.(ant)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button