MANCHESTER (Bisnis Jakarta) – Akhir pembukaan Liga Inggris musim ini dihiasi dengan kemenangan meyakinkan, ketika Manchester United menang 4-0 atas West Ham United di Old Trafford pada Minggu, namun manajer Jose Mourinho mencemaskan pembicaraan hangat timnya sebagai kandidat juara.
Dengan penyerang baru Romelu Lukaku mencetak dua gol dan pemain rekrutan baru lainnya, gelandang Nemanja Matic, melakukan debut dominan, kemenangan ini terlihat memberi derajat yang tepat bagi United yang diyakini banyak pihak sebagai kandidat juara nomor dua, di bawah tetangganya Manchester City.
Bagaimanapun, Mourinho mengecilkan itu semua, dengan berkata, “Musim lalu kami juga berada di puncak (klasemen) liga pada pertandingan pertama dan kami mengakhirinya dengan finis di peringkat keenam maka ini tidak bermakna apa-apa.” “Ini hanya berarti kami bermain baik dan level kepercayaan diri akan meninggi dan sekarang tantangan kami adalah mempertahankan level-level kepercayaan diri itu,” tambah mantan pelatih Chelsea dan Real Madrid, yang memulai musim keduanya di Old Trafford.
“Kami menyelesaikan musim (lalu) dengan menjuarai Liga Europa dan lolos ke Liga Champions. Kami memulai musim kedua dengan penampilan yang sangat bagus di kandang. Kami memiliki banyak pemain di lapangan dengan permainan yang sangat bagus. Para penggemar memiliki alasan-alasan untuk optimistis.” “Namun bagi saya, dengan pengalaman bertahun-tahun di Liga Inggris, kaki saya tetap menapak bumi dan saya tenang,” ucapnya.
United belum pernah menjadi pesaing serius untuk merebut gelar sejak pensiunnya Alex Ferguson dengan trofi Liga Inggris di tangannya pada 2013. Setelah itu, mereka mengalami masa kegelapan.
Pada pertandingan pertama Mourinho musim lalu, mereka menang 3-1 di markas Bournemouth, yang memicu pembicaraan mengenai era baru setelah rezim mengecewakan di tangan Louis van Gaal, namun Setan Merah gagal menjaga konsistensi dan United hanya mampu finis di urutan keenam.
Empat tahun silam, pada pertandingan pertama di bawah asuhan David Moyes, mereka menang 4-1 di markas Swansea namun sang manajer gagal mempertahankan pekerjaannya sampai akhir musim ketika United finis di urutan ketujuh.
Oleh karena itu sikap Mourinho cukup bijak dan dengan 37 pertandingan yang masih harus dimainkan — ditambah penampilan-penampilan di Liga Champions — ia tahu masih akan ada momen-momen meragukan dan penuh pertanyaan. Tetap saja, terdapat nuansa optimistis di sekitar Old Trafford dan hal itu bukan tanpa alasan.
“Berkali-kali pada musim lalu kami layak menang dan tidak mendapatkannya maka fakta bahwa kami memenangi pertandingan merupakan hal terpenting,” tuturnya, mengacu pada sepuluh hasil imbang di kandang sendiri musim lalu.
“Tetapi menurut saya penampilan berdasarkan level-level kepercayaan diri benar-benar tinggi. Saya tidak akan mengatakan penampilan ini sempurna karena ini tidak. Kami melakukan kesalahan-kesalahan dan memiliki ruang untuk perbaikan namun ini adalah penampilan yang solid.” “Saya menyukai sikap pada babak kedua untuk berusaha dan mencetak lebih banyak gol. Setelah 2-0 kami memiliki periode untuk sedikit bersantai dan mereka menciptakan sepasang situasi genting di kotak penalti, namun kembali (kami memperlihatkan) level-level kepercayaan diri dan hasrat untuk bermain sampai akhir,” tuturnya.
Mungkin menyadari banyaknya kritik mengenai pendekatan taktiknya yang negatif, Mourinho tidak menolak cara bermain timnya yang menyelesaikan pertandingan dengan dua gol larut. “Realitanya adalah bahwa pada bagian terakhir pertandingan, bukannya menjadi membosankan dan mengendalikan permainan, kami mencetak gol ketiga dan kami dapat menikmatinya.” (grd/ant)