DENPASAR (bisnisjakarta.co.id) – Sebuah kondisi yang dilematis dihadapi Bali saat membaiknya pariwisata setelah tiga tahun menghadapi Covid-19. Sampah dan kemacetan menjadi dua kondisi yang kini menjadi pemandangan yang biasa terlihat, baik di kota maupun di daerah-daerah destinasi wisata. Kondisi inilah yang menjadi sorotan dalam dalam Gathering Nawa Cita Pariwisata Indonesia (NCPI) Bali 2023 di Jimbaran pada Jumat (18/8) malam. Salah satunya kemacetan yang disebabkan oleh adanya Dermaga Penyeberangan di Pantai Mertasari Sanur.
Kondisi ini mendapat sorotan dari Prof. Dr. Drs. Nyoman Sunartha, MSi selaku Ketua Tata Niaga Pariwisata NCPI Bali. Menurutnya, seusai dengan hukum alam, semakin cepat berkembang juga semakin cepat jatuhnya. Namun dalam perkembangan yang melambat juga peningkatannya akan menjadi lama.
“Sebelum adanya dermaga perkembangan Sanur menjadi daerah yang suistainble destination, karena paling lambat perubahannya. Saat ini orang-orang mulai khawatir dengan Sanur karena adanya dermaga ini menjadi penyebab kemacetan. Ke depan kita perlu mencari Bali yang persentase hijaunya tinggi,” ungkap Prof Sunartha.
Akademi pariwisata asal Unud ini juga menyoroti masalah sampah yang belum memiliki solusi, serta ketersediaan air bersih yang perlu diantisipasi. Sampah, menurut Prof Sunartha, sebenarnya bisa diminimalisir oleh setiap warga. “Intinya jangan bawa sampah ke rumah,” sarannya. Ia menilai sumber-sumber sampah itu berasal dari pusat perbelanjaan atau pasar maupun toko-toko modern lainnya.
Sebelumnya, Ketua NCPI Bali, Agus Maha Usadha menyebutkan, setelah tiga tahun melewati masa sulit Covid-19, saat ini kondisi pariwisata Bali dinilainya sudah mulai membaik. Terlebih harapan pariwisata yang mulai meningkat dan lebih banyak pihak yang berperan. Menurut Agus Maha Usadha, semua pihak punya peluang, khususnya para anggota NCPI.
“Saatnya mencari value di balik potensi masing-masing anggota NCPI. Temen-temen di NCPI punya potensi lebih, dan kita tidak punya kompetitor di masing-masing anggotanya. Semua punya nilai dan potensi masing-masing. Sisa waktu ini bisa dimanfaatkan untuk bangkit kembali. Yang penting sekarang persamaan persepsi. Kita semua selalu bersinergi karena kita punya peran masing,” ajak Agus Maha Usadha.
Ketua Div. Investasi NCPI, Dr. Putu Agung Prianta,M.A. menyatakan, sebagai pengelola daerah di Jimbaran, pihaknya ingin memvisualisasi dan menjaga eksistensi lingkungan, dengan cara salah satunya melebarkan jalan dan tetap mempertahankan pohon. Ia menilai properti Bali awalnya adalah sawah, setelah laku jadi hot properti. Makin banyak yang beli sawah sehingga menjadi habis diisi bangunan dan jalan-jalan menjadi sempit, dan kemacetan pun menjadi makin parah.
“Awalnya saat masih mengandalkan properti sawah kondisinya hanya warm, namun menjadi hot dan akhirnya menjadi burn dengan hadirnya kemacetan yang makin parah di Bali,” ungkap Putu Agung Prianta.
Menurutnya, awalnya di Bali yang eksis adalah Sanur dan Ubud. Destinasi pariwisata di Bali berevolusi dari tahun ke tahun. “Kota itu akan berkembang seperti infrastruktur dan adanya rencana jalan Bali Lingkaran Selatan. Sebelumnya, kita tak menyangka setelah Covid-19 kebangkitan pariwisata cukup tinggi. Saya sangat khawatir Bali tahun depan macet total. Ini merupakan tanggung jawab pemerintah dalam mengurai kemacetan,” tambah Agung Prianta.
Terkait adanya desa wisata dinilainya akan bisa menjadi pilihan yang baru bagi wisatawan yang menginap di Bali. Kehadiran desa wisata akan menjadi atraksi baru.
“Misalnya ada 50 desa wisata yang baru, akan ada destinasi baru dan membuat stay wisatawan lebih lama, namun masalahnya di sini pemerintah tidak hadir,” tandasnya.
Anggota Dewan Penasihat NCPI Bali I Ketut Ngastawa juga memberikan gambaran terkait masalah kemacetan sudah menjadi kekhawatiran pihak pemerintah, apalagi banyak event besar di Bali. Saat itu ada ide underpass dan jalan tol di atas perairan menjadi opsi dan bisa mengurai kemacetan.
“Karena itu solusi semacam itu seperti underpass perlu dipertimbangkan ke depan dalam mengatasi kemacetan, terutama perempatan-perempatan yang menjadi pusat kemacetan,” ujar Ngastawa.
Dalam Gathering tersebut juga hadir anggota Dewan Penasihat NCPI Bali : I Ketut Ngastawa dan Sidharta Indrajaya, Ketua Sumber Daya Desa : Made Mendra Astawa, Sekretaris NCPI Bali : Adi Parnama Perwira Duta, Divisi IT & Marketing: Ketut Siti Maryati dan Lilik Witari. *rah