
BOGOR (Bisnis Jakarta) – Para peneliti yang tergabung dalam Focus Group Discussion (FGD), sepakat mendukung program Water Sensitive City atau Kota Ramah Air yang digaungkan Pemerintah Kota dan Kabupaten Bogor dalam menjaga sekaligus melestarikan ekosistem dan sumberdaya air di wilayahnya.
Peneliti IPB yang juga Ketua Cluster Riset Air Perkotaan, Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin, mengatakan, program ini penting untuk benchmarking, sekaligus mengetahui potensi dan pemanfaatan suberdaya air di wilayah Kota Bogor, Cibinong dan Sentul City ke depan.
Forum dikusi public, terkait Water Sensitive City ini penting dilakukan untuk memberikan masukan dan saran kepada pihak terkait dalam perencanaan ke depan terhadap pengelolaan sumberdaya air berbasis masyarakat. “Kota Sensitif Air atau bisa kita sebut juga sebagai Kota Ramah Air ini adalah suatu konsep kota dimasa yang akan datang dimana tidak hanya memenuhi kebutuhan air perkotaan, tetapi bagaimana sumberdaya air sekaligus memberi manfaat untuk meningkatkan kenyamanan tinggal di kota tersebut dan kota yang memiliki kelentingan (resilient) dan memiliki daya tahan terhadap air,” jelas Prof. Hadi, dalam acara diskusi FGD, di Griya Katulampa, Kecamatan Bogor Timur Kamis, (30/11).
Menurut Prof. Hadi Susilo, kota yang ramah air adalah sebuah kota yg tidak kebanjiran di musim hujan dan tidak mengalami kekeringan di musim kemarau. “Saya berharap melalui FGD ini dapat diformulasikan solusi ke depan,” tegasnya.
Kegiatan penelitian dalam program Water Sensitive City di wilayah Bogor tresebut dilakukan melalui training, FGD dan Learning Alliance yang telah berlangsung sejak tanggal 24-30 November 2017 ini. Kegiatannya sendiri dipusatkan di kampus IPB Dramaga dan dilokasi penelitian, yakni di wilayah Pulo Geulis dan Griya Katulampa Kota Bogor. “Studi penelitian ini melibatkan 35 orang dosen peneliti, 35 mahasiswa dari kampus IPB, UI dan dari Australia yakni Monash University (MU),” pungkasnya. (bas)