PHBS, Solusi Mencegah Scabies di Pondok Pesantren

PONDOK Pesantren yang diidentikan sebagai lingkungan yang kurang memperhatikan kesehatan ada benarnya. Mengutip data Kementerian Kesehatan tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah populasi di Indonesia yang menderita penyakit kulit masih sangat tinggi, yaitu 4,60 – 12,95%, dan tertinggi ditemukan di lingkungan pondok pesantren.

Penyakit kulit yang paling sering menginfeksi santri di pondok pesantren adalah Scabies atau biasa disebut kudis. Penelitian yang dilakukan oleh Saad tahun 2008 menunjukkan prevalensi Scabies di Pesantren An-Najach Magelang sebesar 43%. Sedangkan, pada penelitian yang dilakukan oleh Khotimah tahun 2013 menunjukkan prevalensi Scabies di Pesantren Al-Bahroniyyah Ngemplak, Demak mencapai 36,3%.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa kejadian Scabies atau penyakit kudis masih tinggi dan masih menjadi ancaman bagi para santri di lingkungan pondok pesantren.

Scabies sendiri merupakan penyakit kulit menular akibat tungau Sarcoptes Scabiei Varian Hominis. Setelah melakukan perkawinan, tungau jantan akan mati dan hanya tungau betina yang dapat menginfeksi dengan cara membuat liang terowongan pada kulit, kemudian bertelur 2 – 4 butir per-hari sampai mencapai 40 – 50 telur, dan akan menetas setelah sekitar 3 – 5 hari. Hal ini menimbulkan ruam kemerahan disertai rasa gatal.Hasil penetasan (larva) kutu tersebut keluar ke permukaan kulit dan tumbuh menjadi kutu dewasa dalam waktu sekitar 16 – 17 hari.

Scabies dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko, seperti rendahnya tingkat ekonomi, higienisitas buruk, hunian yang padat, melakukan hubungan seksual secara bebas, tingkat pengetahuan yang rendah, serta kontak dengan penderita baik langsung maupun tidak langsung. Scabies juga sering dijumpai di negara-negara yang beriklim tropis.

Penelitian yang dilakukan oleh Yasli dkk tahun 2016 menunjukkan perilaku berisiko yang paling sering menyebabkan Scabies pada santri adalah perilaku sering tukar-menukar barang pribadi, seperti alat sholat, pakaian, memakai handuk bergantian, dan jarang mencuci sprei.

Sejauh ini santri kurang memahami media apa saja yang dapat menjadi sumber penularan penyakit Scabies. Hal ini dapat mempengaruhi terbentuknya tindakan keseharian santri yang berisiko untuk terjadinya penularan penyakit Scabies.

Dampak yang dirasakan santri apabila perilaku tersebut terus menerus dilakukan, membuat tungau Sarcoptes scabiei dengan mudah berpindah tempat dan menyebabkan santri lain tertular.

Dampak dari Scabies adalah rasa ketidaknyamanan dalam proses belajar mengajar, karena santri merasa gatal dan panas terus-menerus yang mengakibatkan tingkat kemampuan santri dalam belajar akan terganggu, sehingga prestasi belajarnya menurun.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan salah satu cara menambah wawasan serta mengubah perilaku agar santri dapat mencegah dan meminimalisir kejadian Scabies di pondok pesantren.

Pengawasan dari penanggung jawab pondok pesantren dan ulama yang mengajar di pondok pesantren harus ketat, guna perubahan perilaku hidup bersih dan sehat yang berkelanjutan.

Menerapkan sanksi dari pesantren apabila dijumpai santri yang melakukan perbuatan yang menyebabkan kebersihan diri dan lingkungannya kurang baik, misalnya menghukum santri yang memiliki rambut dan kuku panjang, tidak menggunakan pakaian yang bersih dan membuang sampah sembarangan.

Santri dapat berperan dalam menjaga kebersihan lingkungan di pondok pesantren dengan rutin membersihkan setiap ruangan dan halaman minimal satu kali dalam sehari.

Membiasakan untuk mengganti dan mencuci sprei minimal satu kali dalam seminggu untuk mengurangi pertumbuhan mikroorganisme. Rutin menjemur perlengkapan tidur dibawah sinar matahari.

Pihak pondok pesantren harus memastikan terdapat ventilasi udara di setiap ruangan, karena ventilasi berfungsi untuk menjaga kualitas sirkulasi udara di ruangan tersebut.

Menjaga kebersihan diri juga harus diperhatikan untuk mencegah perpindahan tungau Scabiei, seperti tidak memakai alat sholat, handuk, alat mandi, pakaian, dan perlengkapan tidur secara bersamaan, karena tungau Scabiei dapat berpindah dengan mudah dari satu orang ke orang lain melalui media tersebut.

Frekuensi mandi dan mengganti pakaian juga harus diperhatikan, baiknya dua kali dalam sehari. Tidak memakai sabun batangan secara bersama-sama, serta membatasi kontak langsung dengan seseorang yang terinfeksi Scabies untuk mencegah penularan.

Pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berpengaruh terhadap perilaku menjaga kebersihan diri para santri dan juga kebersihan lingkungan pondok pesantren.

Apabila perilaku hidup bersih dan sehat diterapkan secara berkelanjutan, dapat mencegah dan mengurangi penyakit Scabies di pondok pesantren. (Rachel Nabila)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button