JAKARTA (Bisnis Jakarta) – Pada 30 September, 60 tahun silam di Gedung PBB, New York, Amerika Serikat terjadi peristiwa penting yang bukan saja dialami Indonesia tetapi juga dunia. Pada hari itu, Presiden pertama Indonesia Ir. Sukarno atau yang biasa akrab disapa Bung Karno berkesempatan menyampaikan gagasan di depan para pemimpin negara di PBB. Pidato yang berjudul To Buid The World A New (Membangun Dunia Kembali) dengan durasi sekitar 90 menit itu telah menggemparkan dunia.
Indonesia dengan konsepsi Pancasila-nya memberikan pandangan dan arah kepada dunia yang diawali dengan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Di mana konferensi itu menghasilkan kemerdekaan bagi bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang kemudian disebutkan sebagai matahari yang sudah lama diimpikan.
Sejak abad 15, bangsa –bangsa barat dengan semboyan Gold, Glory, dan Gospel (3G) telah mengarungi samudera untuk mencari daerah-daerah penghasil rempah-rempah. Alih-alih ingin berdagang, akhirnya mereka menguasai satu per satu hingga menanamkan suatu sistem atau konsepsi yang membuat ketidak teraturan dunia bahkan sampai dengan hari ini.
Pada 30 Sepetember 1960 itu, Sukarno yang merupakan jebolan perkumpulan Gang Peneleh (Rumah HOS Tjokroaminoto) di Surabaya sudah membaca konstelasi tersebut saat usianya masih relatif muda. Alhasil, pada tahun 1945, konsepsi yang bernama Pancasila telah dimufakati oleh para pemuka-pemuka bangsa Indonesia dalam sidang BPUPKI dan PPKI menjelang kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Pancasila yang tertuang kemudian di dalam Pembukaan UUD 1945 menjadi dasar terbentuknya Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 18 Agustus 1945. Bahkan di kancah internasional Pancasila dijadikan simbol perlawanan kepada kolonialisme dan imperialisme bagi bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Sukarno yang didaulat sebagai juru bicara dari negara-negara seperti Yugoslavia, Ghana, India, Persatuan Arab, dan Birma menjadi orator di hadapan pimpinan majelis Sidang Umum PBB.
Momentum itulah yang dijadikan kesempatan untuk melawan konspirasi negara barat yang telah menguasai dunia dan membawa ketidak teraturan negara-negara di dunia dengan suasana konflik yang diciptakannya. Pancasila menjadi suatu kebenaran universal yang dapat diterima oleh setiap bangsa sekaligus membuktikan bahwa Pancasila sebagai Ubiquitous Factor yakni faktor yang berada di mana-mana.
To Build The World A New dimaknakan sebagai membangun dunia kembali. sedangkan To Build a New World, membangun dunia yang baru. Membangun dunia kembali artinya membangun fitrah manusia di dunia yang sebelumnya berperilaku baik dan menjunjung tinggi akan Ketuhanan yang kemudian bergeser oleh arus kolonialisme dan imperialisme. Sehingga moral dan etikanya menjadi rusak, begitu pun dengan kehidupannya.
Dalam suatu guratan sejarah, founding fathers kita telah tegaskan bahwa perjuangan bangsa Indonesia bukan hanya untuk bangsa Indonesia tetapi suatu perjuangan untuk umat manusia. Maka dari itu sudah sewajarnya bila Indonesia selalu menjadi incaran dari negara-negara yang kerap membuat kerusakan di muka bumi. Tentunya dengan berbagai cara yang mereka lakukan untuk melemahkan bahkan menghancurkan kita. Paska Sukarno pidato dengan heroik di tanggal tersebut, akhirnya hanya ada 3 kata yang tersimpul dari negara-negara tersebut, yaitu Bunuh sukarno, Matikan Ajarannya, dan Miskinkan Rakyatnya.
Tahun 1965 di hari yang sama (30 September), Oknum yang ingin Hancurnya Sukarno dan Pancasila serta Indonesia melancarkan aksinya dan berhasil merubah makna hari itu menjadi negatif dengan sebutan G 30 S PKI atau Gestapu yang diambil dari nama Tentara Rahasia Nazi di era Perang Dunia II. Akhirnya bangsa kita hanya tahu bahwa 30 September merupakan hari naas dan tragis yang dialami oleh bangsa Indonesia. Pada malam pergantian hari itu terjadi peristiwa diculiknya 6 Jenderal yang berbuntut pada pembubaran PKI dan pembantaian jutaan manusia.
Sehingga pidato heroik Sukarno di Gedung PBB dalam rangka menggelorakan perang asimetris menghadapi pihak-pihak yang membuat kerusakan pada tatanan dunia harus berakhir dan menuai kekalahan pada 5 tahun setelah dikumandangkannya pidato tersebut. Mulai hari ini, 30 September 2020 kita dapat mengganti istilah Gestapu yang sarat dengan makna negatif menjadi hari digelorakannya perang asimetris di PBB oleh Sukarno dalam rangka To Build The World A New.
Tanpa dipungkiri, perang asimetris itu masih berjalan hingga hari ini. Saat ini dan ke depan kita semua menanggung amanah untuk melanjutkan perang asimetris yang telah dilancarkan oleh Founding Fathers kita. Peperangan yang akan menghasilkan antara hilang atau tidaknya Pancasila, dan antara hancur atau tidaknya NKRI. Andaikata kita kalah dan hancur itu lebih terhormat ketimbang diam atau balik menggerogoti Pancasila dan NKRI, yang tentunya perbuatan itu sangat hina di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa. (rah)