Airnav Raih Pendapatan Rp 3,7 Triliun

JAKARTA (Bisnisjakarta)-
Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI) atau Airnav Indonesia meraih pendapatan sebesar Rp 3,7 triliun, atau mengalami kenaikan 10% lebih dibandingkan tahun 2018 lalu yang hanya sebesar Rp 3,4 triliun. "Adapun laba bersih (anaudit) pada tahun 2019 ini diperkirakan mencapai Rp 479 miliar atau mengalami kenaikan dibandingkam tahun sebelumnya yang hanya Rp 406 miliar (setelah audit)," kata Dirut AirNav Indonesia Novie Riyanto Raharjo saat Workshop Navigasi Penerbangan di Jakarta, Kamis (26/12).

Workshop selain dihadiri Dirut Perum AirNav Indonesia Novie Riyanto Rahardjo, hadir juga Direktur Operasi Mokhammad Khatim, Sekretaris Perusahaan Rosedi, dan Manager Humas Yohanes Sirait

Dalam workshop bertajuk Konektivitas Udara Untuk Indonesia Maju, Novie mengatakan, layanan navigasi penerbangan internasional masih memberikan kontribusi besar pada pendapatan Airnav. Hal ini dikarenakan frekuensi penerbangan dalam negeri sempat terganggu akibat mahalnya harga tiket pesawat yang berimbas pada pengurangan frekuensi penerbangan pada beberapa rute oleh maskapai.

Novie mengatakan, Airnav Indonesia mencatat pergerakan penerbangan domestik turun hingga 17,5 persen sepanjang 2019 atau jauh merosot dari target sebesar lima persen. "Tahun ini memang kita turunannya hampir 18 persen,” kata Novie.

Penurunan juga terjadi pada penerbangan internasional, namun tidak sebanyak penerbangan domestik, yakni 0,1 persen dari yang ditargetkan lima persen. Namun, lanjut dia, pergerakan penerbangan internasional justru membantu berkontribusi dalam menutupi pendapatan dari pergerakan penerbangan domestik yang anjlok. "Penurunan pergerakan memang berat ya bagaimana imbas ke Airnav, tapi pendapatan kita 60-78 persen lebih banyak dari internasional,” katanya.

Ia menambahkan lesunya industri penerbangan bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di luar negeri. "Tahun 2020 AirNav Indonesia mematok pertumbuhan produksi domestik sebesar dua persen atau lebih rendah di 2019 sebesar lima persen. Pertumbuhan produksi internasional empat persen dan di 2019  sebesar lima persen," ungkap Novie.

Meski demikian, Novie merasa puas karena sepanjang tahun ini kecelakaan yang diakibatkan karena sistem lalu lintas udara (ATS), yakni nihil atau zero accident. "Namun yang jauh lebih penting bagi kami adalah keselamatan penerbangan terus membaik, angka kecelakaan menurun jauh," paparnya. (son) 

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button