PT Angkasa Pura II memperketat manajemen arus kas sebagai salah satu upaya untuk menjaga kelangsungan bisnis di tengah pandemi COVID-19. “Fokus di dalam business survival itu adalah memperhitungkan pengeluaran dengan ketat melalui program cost leadership, lalu memangkas belanja modal (capital expenditure/capex), serta memperketat cash flow management,” ujar President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa (16/6).
Ia menyampaikan tiga program itu merupakan bagian dari upaya mempertahankan kelangsungan bisnis (business survival) yang dijalankan sejak Maret 2020 atau saat pandemi ditetapkan, supaya konektivitas udara Indonesia tetap terjaga.
Saat ini, ia mengatakan, perjalanan orang dengan pesawat berkurang signifikan akibat pandemi global COVID-19, di mana hal ini berdampak bagi industri penerbangan.
Namun demikian, lanjut dia, konektivitas udara tetap perlu dijaga untuk mempercepat penanganan COVID-19. Sejalan dengan itu perseroan hingga saat ini tetap mengoperasikan 19 bandara untuk melayani penerbangan.
Pada awal 2020, Awaluddin memaparkan, perseroan menetapkan capex sebesar Rp7,8 triliun. Namun, seiring dengan pandemi, capex dipangkas hingga menjadi Rp1,1 triliun.
Capex tahun ini, dijelaskan, khusus digunakan untuk proyek yang bersifat multiyears, pemeliharaan fasilitas guna menjamin keamanan, keselamatan, pelayanan, serta perumusan desain Terminal 4 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. “Tahun ini bukan tahun ekspansi bagi Angkasa Pura II karena kami memperhitungkan segala sesuatunya di tengah pandemi ini,” ujarnya.
Terkait “cost leadership”, lanjut dia, perseroan, juga melakukan pengetatan dengan menghemat operasional di 19 bandara.
Salah satu contoh penghematan yang dilakukan di Soekarno-Hatta adalah menutup sementara Terminal 1 dan Terminal 2F. “Secara grup termasuk anak usaha, penghematan bisa dilakukan mencapai 60 persen. Nominal penghematan cukup besar,” kata Awaluddin.
Mengenai “cash flow management”, ia mengatakan, pihaknya mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam mengelola arus kas.
Di tengah pandemi ini, kata dia, arus kas masuk (cash inflow) memang tengah tertekan dikarenakan lalu lintas penumpang turun, namun masih didukung dari tetap terjaganya bisnis angkutan kargo. (son)