Borobudur, Ikon Pariwisata Nasional Dulu – Kini dan Nanti

PEMERINTAH mendorong percepatan pembangunan sektor pariwisata di empat destinasi super prioritas, diantaranya Borobudur. Borobudur merupakan bagian dari 10 destinasi pariwisata prioritas yang sedang terus dikembangkan sebagai Bali Baru. Bagaimana pengembangan Borobudur dalam memenuhi ekspektasi penyumbang wisatawan di wilayah Joglosemar ?.

Dirasakan sangat penting pengembangan sektor pariwisata khususnya di destinasi prioritas, karena terbukti memberikan multiplier effect dalam banyak sektor dan masyarakat.

Memiliki potensi penyumbang devisa potensial di Indonesia, setelah sektor lainnya mulai merudup, katakan seperti migas, maka upaya pengembangan destinasi wisata menjadi pilihan dalam rangka memikat wisatawan.

Sudah barang tentu upaya tersebut harus didukung dengan komitmen bersama dalam membangun sektor pariwisata. Caranya dengan berkontribusi melalui tugas pokok dan fungsi masing-masing. Misalnya, permasalahan dalam hal tata ruang di daerah atau wilayah tujuan wisata yang seringkali muncul pro dan kontra, agar segera dicarikan solusinya.

Setidaknya ada enam hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan destinasi, termasuk destinasi super prioritas Borobudur. Pertama terkait infrastruktur. Borobudur saat ini sudah bisa dijangkau lewat aglomerasi Joglosemar (Jogya-Solo-Semarang) dengan empat bandara Yogyakarta International Airport, Ahmad Yani dan Adi Sumarmo. Tiga pintu masuk bagi wisatawan ini diharapkan meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke Borobudur.

Yang kedua, berkaitan dengan akses konektivitas menuju ke kawasan destinasi wisata. Untuk menuju kawasan Borobudur, bisa dibilang tidak ada masalah, bahkan saat ini tengah dibangun jalan akses dari Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) Kulonprogo menuju kawasan Borobudur, jarak tempuh menjadi lebih singkat.

Yang ketiga, pentingnya fasilitas yang tersedia di lokasi wisata. Saat ini Pemkab Magelang sebagai pemilik wilayah terus mengembangkan objek-objek wisata pendukung baru, sehingga wisatawan tidak hanya menikmati Candi Borobudur, tetapi ada alternatif lain, misalnya desa wisata, sentra gerabah, sentra produk UKM serta rafting.

Pengembangan pariwisata Magelang umumnya, tidak lagi tersentral ke Candi Borobudur melainkan sudah menyebar ke berbagai destinasi sehingga kini tumbuh banyak daya tarik wisata baru di antaranya wisata petualang (adventure) yang dikelola masyarakat setempat (komunitas).

Banyak produk pariwisata baru yang dikelola masyarakat antara lain Arung Jeram Sungai Elo, pemandian air hangat Candi Umbul, Ketep Pass, petualangan (tracking) Gunung Andong, dan agrowisata Kebun Kopi di sekitar MesaStila Resort and Spa Magelang.

Keempat berkaitan dengan sumber daya manusia di sekitar destinasi wisata. Hal yang sudah dilakukan Pemkab Magelang sebagai 'pemilik' Borobudur sudah pula mensupport hadirnya desa bahasa Inggris. Lokasinya di Desa Ngargogondo yang lebih dikenal dengan nama Desa Bahasa terletak di Dusun Parakan Kidul, Desa Ngargogondho, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.

Kelima, terkait atraksi dan produk-produk yang ada di tempat wisata terkait dengan pasar, pasar seni kemudian budaya yang perlu ditampilkan. Selain itu, perlu diperkuat story telling pada porfopolio bisnis pariwisatanya (culture, nature, dan manmade).

Pesan dari story telling tersebut, dapat disesuaikan dengan target audiensi yang akan disasar. Misalnya, target audien dari kelompok anak-anak diharapkan mereka akan mudah memahami sehingga bisa menjadi influencer karena mereka dapat menceritakan mengenai Borobudur dengan lebih baik.

Story telling itu akan membuat wisatawan menjadi penasaran untuk datang, seperti story telling Candi Borobudur, sehingga wisatawan mengetahui sejarah Candi Borobudur.

Terakhir, perlunya Candi Borobudur dipromosikan secara besar-besaran, secara integrasi sehingga betul-betul mendapatkan manfaat dan memberikan efek pertumbuhan pada ekonomi daerah maupun ekonomi nasional.

Episentrum Pariwisata

Sejauh ini promosi destinasi Candi Borobudur terus digencarkan, baik lewat promosi media massa maupun promosi lewat pesan digital. Penerapan digitalisasi yang maksimal, membuat pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia tumbuh pesat.

Langkah digitalisasi menjadi keharusan saat ini karena 70 persen pasar wisata mencari, melihat, dan mempelajari destinasi secara online sebelum melakukan perjalanan.

Untuk menjadikan Borobudur sebagai episentrum pariwisata Joglosemar, Kementerian Pariwisata mendirikan Badan Otorita Borobudur (BOB). Kemenpar tengah mengelola Badan Otorita Borobudur di daerah Purworejo.

Saat ini, pengembangannya adalah pembangunan glamping yang dilengkapi fasilitas ruang meeting. Jadi, wisatawan yang hendak berkunjung ke lokasi tersebut untuk urusan bisnis dapat menggunakan fasilitas tersebut.

Badan Otorita Borobudur saat ini  tengah membangun glamping di atas tanah seluas 300 Ha. Hal ini sesuai dengan program nomadic tourism sebagai fasilitas akomodasi yang menjadi strategi Kemenpar dalam mengejar target kunjungan wisman.

Dalam beberapa bulan, akan ada 12 unit tenda glamping dengan kapasitas mencapai 70 orang. Saat ini, pihak BOB juga sedang menggandeng seorang investor lokal asal Bali untuk pengembangan lokasi glamping tersebut.

Lokasi glamping ini terletak di atas bukit dengan daya tarik dapat melihat pemandangan Borobudur dibalik hutan Pinus.

Pada akhirnya, komitmen pemerintah membangun destinasi super prioritas, selain untuk mendongkrak jumlah wisman, juga mendorong peningkatan pendapatan masyarakat sekitar obyek wisata serta pedapatan asli daerah dan pendapatan negara. (son)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button