
JAKARTA (Bisnis Jakarta) – Terjadinya konspirasi global atas penguasaan pelabuhan di Teluk Jakarta telah merugikan negara hingga triliunan rupiah. Kondisi ini terungkap jelas dalam sebuah buku yang diluncurkan di Jakarta, (31/5).
Menurut sang penulis, konspirasi yang terjadi jelas bertentangan dengan semangat berdikari sekaligus perwujudan Nawacita. Ahmad Khoirul Fata mengatakan, selama hampir 20 tahun kiprah pelabuhan JICT dan TPK Koja, sudah banyak kemajuan dan terobosan yang dilakukan para pekerja, demi mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Namun, pengelolaan kedua pelabuhan ini, menurut Ahmad Khoirul, justru akan dilanjutkan kembali oleh Hutchison Port milik taipan Hong Kong Li Ka Shing bukan oleh perusahaan dalam negeri. Celakanya,menurut mereka, perpanjangan kontrak JICT dan Koja dimulai 5 tahun sebelum kontrak awal habis sehingga berpotensi merugikan negara hampir Rp 6 triliun.
“Masyarakat perlu tahu busuknya kasus JICT ini. Harapannya, (dengan buku ini) Pemerintah dan masyarakat mendukung semangat berdikari dan Nawacita serta Pancasila dalam pengelolaan pelabuhan yang menyangkut hajat hidup orang banyak,” terang Fata dalam acara peluncuran buku Melawan Konspirasi Global di Teluk Jakarta di Museum Kebangkitan Nasional, Kamis (31/5).
Aminudin menambahkan, buku ini telah melalui berbagai riset primer dan sekunder sehingga buku itu secara lengkap mengulas bagaimana buruknya modus konspirasi global asing untuk menguasai BUMN pelabuhan.
Dia juga bercerita telah melakukan riset, pengumpulan data dan wawancara dengan para tokoh nasional dan anak-anak bangsa, khususnya para pekerja JICT, yang ingin perusahaan bongkar muat peti kemas tersebut bisa kembali dikelola Indonesia 100%.
“Itu menjadi bahan yang kami tuliskan dalam buku untuk mencerminkan kondisi betapa asing sangat berhasrat menguasai aset vital bangsa,” tambah dia.
Ekonom INDEF Bima Yudhistira mengatakan ada hubungan antara tren pemaksaan BUMN berhutang lewat cara penerbitan Global Bond demi pembiayaan infrastruktur dengan penguasaan asing terhadap sejumlah sektor yang seharusnya bisa dilakukan BUMN. Bima khawatir kasus JICT bisa menjadi bom waktu yang siap meledak.
Pada satu titik BUMN akan menyerah. Contohnya Pelindo II yang mulai kepayahan membayar hutang global bond. Pada akhirnya harga yang dibayar Indonesia akan sangat mahal. “Bahkan nasionalisasi BUMN seperti JICT dari Hutchison bisa jadi hanya angan-angan,” ujarnya.
Selain itu, Ketua Serikat Pekerja JICT, Nova Sofyan Hakim juga mengungkapkan sejumlah fakta yang terjadi selama ini. Secara gambling ia mengungkapkan sejumlah kondisi sampai terjadinya intimidasi baik yang dialami dirinya, keluarganya maupun pekerja-pekerja lainnya di JICT. (grd)