
Siswa-siswi SMP dan SMA Cendekia Harapan Bali yang berusia sekitar 13-16 tahun datang dan membawa virus “peduli lingkungan” dan “berbagi” dalam acara Indonesia Science Day 2019 dalam rangka HUT PP-IPTEK di TMII Jakarta, Minggu (28/4)
Produk-produk inovatif yang ditampilkan mengusung ide besar memperbaiki bangsa dan aksi nyata berbagi di produk-produk tersebut membuat stand ini terlihat luar biasa. Bentuk kepedulian pada lingkungan dituangkan dalam produk Tirta Amerta, Mewali, Zero Waste Management, dan Space Saving Design Product.
Hal yang sangat luar biasa, produk-produk dibuat oleh anak-anak yang berasal dari kebangsaan yang berbeda beda. Walaupun demikian, Anak-anak di SMP dan SMA Cendekia Harapan sangat peduli dengan masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.
Salah satu produk yang bernama Tirta Amerta dibuat karena prihatin atas keadaan sungai-sungai di seluruh Indonesia, baik di kota-kota besar, maupun di pelosok desa. Produk Tirta Amerta diusulkan untuk dijadikan sebagai proyek nasional dalam rangka peningkatan kualitas mutu air dengan menggunakan parameter derajat keasaman (pH), kekeruhan, dan kesadahan air.
Tak hanya air bersih, manajemen limbah pertanian pun menjadi sorotan mereka. Indonesia yang mampu menghasilkan 56,54 ton per tahunnya, menyisakan permasalahan pada pengelolaan limbah jerami. 80% petani masih melakukan pembakaran jerami, polusi udara, gangguan saluran pernapasan dan bahkan kecelakaan yang berujung kematian seakan-akan hal biasa di sekitar area pembakaran jerami padi.
Padahal dibalik pembakaran jerami ternyata ada butiran-butiran silika yang dapat diolah menjadi produk-produk bernilai jual tinggi, seperti keramik glow in the dark, gigi palsu (green teeth), dan silika gel untuk pengganti Freon AC.
Hal selanjutnya yang menjadi sorotan adalah limbah minyak jelantah dari pedagang gorengan. Pedagang gorengan yang biasanya membuang minyak jelantah ke sungai atau tanah seharusnya dapat diolah menjadi sabun cuci tangan, sabun pel dan sabun cuci piring yang higienis.
Beberapa tanaman toga pun diolah menjadi produk dodol jahe, wedang, dan coklat rempa. Tidak luput dari bunga yang tidak digunakan kembali, seperti kemboja dan daun jerukpun diubah menjadi pewangi untuk sabun yang dibuat dari minyak bekas, tak hanya bagian dari tanaman yang sudah berguguran, daun liligundi pun tak luput dari tangan-tangan mungil ini dan diubah menjadi esensial oil dalam obat nyamuk elektrik.
Beralih ke perairan, siswa-siswi SMP dan SMA Cendekia Harapan berfikir untuk membuat kapal auto pilot untuk mengurangi awak kapal dan meningkatkan produktivitas di bagian perairan. Hingga saat ini mereka sudah berhasil membuat prototype dari kapal auto pilot yang diharapkan mampu mengatasi masalah trasnportasi di perairan Indonesia.
Produk-produk ini tidak hanya berfungsi sebagai dekorasi ataupun aksesoris, melainkan juga memiliki fungsi-fungsi unik seperti pengontrol kebisingan dan pendeteksi aura dalam bentuk anting-Versi 4.
Lidia Sandra, selaku Principal Tim Cendekia Harapan mengajak anak-anak untuk menyadari masalah di sekiling dan berbagi apapun yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan tersebut. "Teknologi tidak harus fancy, tetapi harus mampu memgatasi permasalahan yang ada di sekelilingnya. Anak-anak, dengan kuatnya semangat berbagi yang dimiliki sejak dini akan menjadi “maker” bukan “consumer”.
Lidia mengatakan, upaya berbagi generasi muda Cendekia Harapan yang memiliki anak-anak dari berbagai macam negara ini diharapkan menjadi penawar atas derasnya individualistis akhir-akhir ini.
Atas inovasi yang dihasilkan, Lidia ingin menggalang kerjasama dengan banyak pihak untuk menyelesaikan masalah bangsa. "Itulah tujuan utama yang hendak dicapai oleh sekolah dalam perhelatan sains akbar ini," paparnya. (son)