JAKARTA (Bisnis Jakarta) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Dharmasanti Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940 di GOR Ahmad Yani, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Sabtu (7/4). Dalam sambutannya, Kepala Negara mengajak umat Hindu berpegang teguh pada ajaran Vasudheva Kutumbakam.
“Umat Hindu juga diminta berpegang teguh pada ajaran Vasudheva Kutumbakam, bahwa kita semua bersaudara. Yang menekankan arti penting, persaudaran sejati. Karena kita berasal dari sumber yang sama, yakni Tuhan Yang Maha Esa. Membawa kembali kesadaran baru tentang makna menjaga keharmonisan, serta persaudaraan seperti itu sangat penting dalam arti kehidupan kita,” kata Presiden Jokowi.
Seperti juga ajaran Tri Hitna Karana, Presiden Jokowi menjelaskan umat Hindu diajarkan tentang arti penting berbakti kepada Tuhan, juga harus diikuti keharmonisan dengan sesama, serta menjaga hubungan harmonis dengan alam. “Perayaan Hari Suci Nyepi memberi inspirasi menjaga keharmonisan hidup serta jalan untuk mencapai kebahagian,” ujarnya.
Presiden juga meyakinkan kepada semua pihak bahwa bangsa Indonesia akan tetap berdiri kokoh selamanya meskipun menghadapi berbagai macam tantangan. Kata kuncinya, adalah bersatu menghadapi berbagai macam persoalan yang ada.
“Bangsa kita harus kita yakini akan tetap berdiri kokoh sampai berwindu-windu lamanya, kalau semua anak bangsa apakah dia muslim, apakah dia Kristen, apakah dia Budha, apakah Khong Hu Chu, bisa tetap bersatu. Bersatu menghadapi kebodohan, menghadapi kemiskinan, menghdapai keterbelakangan, bersatu menjadikan negara kita menjadi negara yang maju, negara pemenang dan negara yang berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia,” tegasnya.
Perbedaaan latarbelakang agama, suku, dan budaya bukanlah penghalang untuk bersatu dan hidup rukun dalam keharmonisan. “Semua perbedaan itu tidak harus diseragamkan, juga tidak harus ditiadakan. Semua perbedaan dan keragaman itu justru harus diikat oleh persaudaran sejati, oleh kebersamaaan, diikat oleh kesadaran yang kuat bahwa kita adalah saudara sebangsa dan setanah air,” imbuhnya.
Beragamnya Indonesia, menurut Presiden, bisa dilihat dari 714 suku di 17.000 pulau dengan 1100 lebih bahasa, serta memiliki agama dan budaya berbeda pula. Namun semua, itu harus dimaknai sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Jangan terlena, karena mendapat sumber kekayaan melimpah. “Tapi harus berani membangun kesadaran baru sebagai kekuatan, keunggulan kita, sebagai pondasi kita memasuki masa yang akan datang,” kata Presiden.
Tantangan global juga mengharuskan umat hindu harus semakin cerdas, kreatif, dan inovantif dalam merespon perubahan yang ada. Semua itu harus dijawab dengan kualitas serta peningkatan produktifitas dan menyiapkan anak didik dan generasi muda berkualitas yang menentukan masa depan bangsa.
Presiden merasa bersyukur karena bisa bersilaturahmi dengan umat Hindu setanah air dalam menyambut Tahun Baru Saka 1940. Menurut Presiden, Tahun Baru Saka kali ini istimewa karena bersamaan dengan Hari Raya Saraswati sehingga umat Hindu tidak hanya melakukan pembersihan diri di Hari Raya Nyepi tetapi juga di Hari Suci Saraswati, umat Hindu diajak menyadari betapa pentingnya ilmu pentahuan dan pendidikan untuk mencapai kemuliaan hidup. “Vidya Tnam Svadana pradanam, pengetahuan adalah kekayaan tertinggi,” ucap Presiden.
Dharmasanti dihadiri 3.000 umat Hindu yang tersebar di Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi dan wilayah yang berdekatan dengan Ibukota Jakarta. Perayaan diisi fragmen “Mulagetar” yang memadukan musik, lagu, gerak dan tari. Pengambilan cerita ini sebagai gambaran Kerajaan Galuh dengan Raja Prabu Siliwangi dan Majapahit dengan Raja Hayam Wuruk dalam pemerintahannya yang dikawal oleh Patih Gajah Mada. Dengan keteladanan Nawa Raja bida mewujudkan kedamaian untuk seluruh umat menuju Indonesia gemilang.
Perayaan dihadiri pimpinan lembaga tinggi negara antara lain Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang, sejumlah menteri Kabinet Kerja antara lain Menko Polhukam Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan menteri Kabinet Kerja lainnya. (har)