JAKARTA (bisnisjakarta.co.id) – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa dalam menghadapi peningkatan risiko global, pemerintah harus memastikan kebijakan yang tepat dan kredibel terkalibrasi dengan baik untuk menangani berbagai permasalahan inti tanpa menciptakan masalah baru.
“Kita harus melawan tekanan inflasi, melindungi daya beli masyarakat, memastikan kebijakan fiskal terus mendukung pemulihan dan memperkuat jaring pengaman sosial yang tepat sasaran, membangun fundamental jangka panjang yang kokoh melalui reformasi, dan memperkuat multilateralisme dan solidaritas,” kata Menkeu saat berdiskusi dengan Martin Wolf, Ekonom Financial Times pada acara Financial Times – Citibank Strategic Forum: Restoring Global Growth and Economic Stability di Washington, D.C. pada Sabtu (15/10).
Situasi geopolitik, kata Menkeu, telah memicu gangguan pasokan sehingga menimbulkan tekanan inflasi di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Kenaikan harga energi diikuti dengan penambahan subsidi. Kerjasama dengan pemerintah daerah dilakukan untuk meredam tekanan inflasi dari sisi penawaran. Tak hanya inflasi yang terjaga, produk domestik bruto (PDB) riil Indonesia telah berada di atas level sebelum terjadi pandemi Covid-19.
Menkeu dalam laman resminya mengatakan, saat dunia dilanda pandemi dan kemudian menghadapi kondisi geopolitik, Indonesia fokus melakukan reformasi di berbagai bidang, seperti pasar tenaga kerja, kemudahan berbisnis, perubahan iklim, harmonisasi peraturan perpajakan, hubungan pemerintah pusat dan daerah, termasuk reformasi sektor keuangan yang saat ini sedang berlangsung. Indonesia sangat fokus dalam membangun fundamental ekonomi yang kuat.
Di Indonesia, APBN telah digunakan sebagai shock absorber dari guncangan inflasi global. Hal tersebut dilakukan melalui pendapatan yang meningkat karena harga komoditas yang tinggi, kegiatan ekonomi yang lebih baik, serta keuntungan dari reformasi pajak yang dimulai akhir tahun lalu.
Di sisi moneter, memastikan stabilitas makro sangat penting, terutama dalam situasi saat ini. Bank Indonesia telah mulai melonggarkan dukungan kebijakannya dengan mengurangi likuiditas domestik yang relatif cukup secara bertahap karena pertumbuhan kredit yang secara konsisten cenderung menguat dan kegiatan ekonomi yang lebih kuat. Dengan koordinasi dan sinergi yang kuat antar otoritas tersebut, pemulihan ekonomi sejauh ini dapat dipertahankan dengan stabilitas makro yang tetap terjaga. *rah