
Industri kerajinan di tanah air telah berkembang pesat mengingat bahan baku lokal banyak tersedia seperti berbagai serat alam untuk anyaman, tanah liat untuk keramik, kayu, batuan, logam dan lain-lain. Namun, industri kerajinan khususnya skala mikro, kecil dan menengah masih menghadapi berbagai kendala seperti permodalan, pemasaran, teknik produksi dan lain-lain. Di lain pihak, persaingan di pasar global semakin ketat, sehingga perlu meningkatkan kemampuan SDM untuk mengembangkan produk-produk kerajinan yang berdaya saing agar laku di pasar.
Hal itu disampaikan Ketua bidang Manajemen Usaha Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Bintang Puspayoga membacakan pidato Ketua Umum Dekranas Mufidah Jusuf kalla saat membuka perhelatan Sinergi Program Kegiatan Kementerian Koperasi dan UKM dengan Dewan Kerajinan Nasional dan TP PKK di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (30/4).
Bintang menyampaikan Dekranas sudah melakukan banyak pembinaan terhadap UMKM di berbagai daerah dan kali ini memandang sangat penting untuk melakukan pembinaan dan pengembangan UMKM di Kabupaten Belu. Program dan pelatihan yang diadakan Dekranas tak lain sebagai usaha meningkatkan kemampuan dan keahlian masyarakat untuk berwirausaha.
Ia mengharapkan agar Pemda dan Dekranas NTT dan Belu terus menggali potensi produk kerajinan yang memiliki nilai dan identitas budaya lokal untuk dapat dikembangkan dan
memotivasi para perajin untuk menghasilkan produk-produk kerajinan yang berdaya saing tinggi secara kualitas dan desain produk.
Program sinergi antara Kemenkop UKM dan Dekranas diselengarakan pada tanggal 29-30 April 2019. Adapun pelaku UMKM Belu yang mengikuti acara sinergi Dekranas sebanyak 440 orang.
Kegiatan utama dalam program sinergi tersebut, antara lain Konsultasi Desain dan Kemasan Serta Pemberkasan Pendaftaran Merek Produk UMKM, Sosialisasi Program/Kegiatan LPDB-KUKM dalam rangka penyaluran Dana Bergulir bagi Koperasi dan UKM, Sosialisasi Kemitraan Rantai Nilai Pasok, dan Temu Mitra KUKM Produk Unggulan di Daerah. (son)