Konektivitas transportasi udara semakin mudah di akses dan dijangkau. Bagi yang ingin menikmati keindahan panorama surga bawah laut di Kepulauan Derawan dan pulau-pulau disekitarnya seperti Pulau Maratua dan Pulau Kakaban, lebih mudah dengan hadirnya Bandara Maratua yang sudah beroperasi sejak akhir 2017. Begitupun bagi yang ingin menuju Samarinda, Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto sudah siap melayani.
Seremonial peresmian Bandara Maratua dan Bandara APT Pranoto rencananya akan dilaksanakan di satu lokasi yaitu di Bandara APT Pranoto, Samarinda. Hal ini tentu sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat di kedua wilayah tersebut, karena bandara barunya akan diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo.
Salah satu visi pemerintah yaitu untuk menghadirkan negara di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia terfragmentasi menjadi Sasaran Pembangunan Nasional yaitu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019. Salah satu strategi untuk mewujudnyatakan konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan adalah melalui percepatan pembangunan transportasi adalah melalui pembangunan 15 Bandar Udara baru diantaranya Bandara Samarinda Baru dan Maratua.
Pelaksana Tugas Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub, M Pramintohadi Sukarno mengatakan bahwa untuk mewujudkan konektivitas nasional dalam Ditjen Perhubungan Udara ditargetkan membangun 15 Bandara baru sampai dengan akhir 2019. Sampai saat ini telah selesai dibangun dan dioperasikan 10 Bandara Baru dari 15 Bandara tersebut. "Kami telah selesai membangun 10 Bandara baru dan sudah dioperasikan, secara bergiliran nanti akan diresmikan oleh Presiden. Dalam waktu dekat ini Bandara Samarinda Baru dan Maratua di Kalimantan Timur akan diresmikan," jelas Pramintohadi.
Kedua bandara yang akan diresmikan secara operasional sudah beroperasi dengan baik. Bandara Maratua yang berada di pulau terdepan Indonesia telah menjadi penanda kehadiran negara Indonesia di wilayah tersebut, dan nantinya bandara ini akan terus dikembangkan sesuai dengan pertumbuhan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
Pembangunan Bandara Maratua, awalnya diprakarsai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Berau dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2008, selanjutnya pembangunan ini diteruskan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, sehingga selesai pada tahun 2017. Bandara Maratua telah beroperasi dengan baik dan fasilitas yang tersedia juga sudah lengkap.
Maskapai yang telah beroperasi di bandara ini adalah Garuda Indonesia jenis ATR 72 yang beroperasi setiap hari Sabtu dengan rute penerbangan Balikpapan-Maratua pp. Sedangkan pesawat Susi Air jenis Grand Caravan beroperasi setiap hari Rabu dengan rute Tarakan-Maratua, Maratua-Berau pp. Tercatat pada tahun 2017 Bandara Maratua telah melayani penumpang datang dan berangkat 693 dan 692 orang. Sedangkan tahun 2018 terjadi kenaikan penumpang datang dan berangkat 1.220 dan 1.303 orang.
Sedangkan Bandara APT Pranoto adalah bandara pengganti Bandara Temindung yang sudah tidak bisa dikembangkan lagi, runway sangat terbatas hanya berukuran 1.040m x 23m, berada di lokasi padat pemukiman sehingga keselamatan dan keamanan penerbangan sangat rawan. Selain itu bandara tersebut selalu menjadi langganan banjir ketika musim hujan tiba.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mulai membangun Bandara APT Pranoto pada tahun 2011, dan tahun 2013 terminal selesai dibangun. Pembangunannya sempat terhenti sebelum dilanjutkan kembali pada awal 2015 dengan menyelesaikan bangunan sisi udara secara bertahap. Tahun 2016 diikuti dengan penyerahan bandara ini dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk dikembangkan dan dioperasikan.
Awal beroperasi, Bandara APT Pranoto melayani rute penerbangan dan penumpang yang selama ini beroperasi di Bandara Temindung, dan juga melayani penumpang dari Bandara Sepinggan Balikpapan karena 80 persen penumpang Sepinggan berasal dari sekitar Samarinda.
Sub Sektor transportasi udara mempunyai peran yang sangat strategis, sehingga menghadirkan bandara di suatu wilayah sangat berkontribusi dalam meningkatkan konektivitas dan mewujudkan aksesibilitas transportasi bagi masyarakat. "Dengan adanya bandara, konektivitas transportasi tentu menjadi lebih baik, dan mobilitas barang dan masyarakat juga meningkat lebih baik lagi. Secara ekonomi, hal ini akan menciptakan daya saing karena distribusi komoditas menjadi lebih efisien sehingga dapat mengurangi disparitas harga, sehingga harga-harga barang menjadi lebih terjangkau oleh masyarakat,” tutup Pramintohadi. (son)