Jokowi Segera Resmikan Bandara Tebelian-Sintang

SINTANG (Bisnis Jakarta) – Menurut rencana Presiden Joko Widodo akan meresmikan Bandar Udara Tebelian-Sintang, April mendatang. Bandara Susilo yang sebelumnya menjadi satu-satunya aksesiblitas dan mobilitas masyarakat dari tiga kabupaten – Sekadau, Malawi, dan Sintang – dirasakan tidak layak lagi untuk didarati pesawat dengan frekwensi penerbangan lebih banyak seiring dengan peningkatan jumlah penumpang.

Saat ini, kata Kepala Bandara Susilo, Ketut Gunarsa saat menerima rombongan Presstour di Sintang, Kamis (22/3), Bandara Susilo setiap harinya didarati tiga maskapai yakni Garuda Indonesia, Nam Air, Wings Air, dan satu pesawat perintis dari Susi Air. Empat maskapai tersebut selalu penuh dengan jumlah penumpang.

Rute dari tiga airline tersebut yakni Sintang – Pontianak. Sementara untuk Susi Air yang menggunakan pesawat perintis atau pesawat berbadan kecil rutenya adalah Ketapang – Sintang. Jadwal penerbangan Susi Air hanya empat kali dalam sepekan yakni dari hari Senin hingga Kamis.

Gunarsa mengatakan, setiap tahun jumlah penumpang melalui Bandara Susilo selalu meningkat. Dari tahun 2010 hingga 2017 ada peningkatan jumlah penumpang sebanyak 35,13 persen. Dengan adanya pertumbuhan jumlah yang siginifikan tersebut, maka keberadaan Bandara Susilo dirasakan sangat tidak layak jika frekwensi penerbangan ditambah. Selain itu, infrastruktur Bandara Susilo tidak menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan, seperti runway bisa saja mengelupas jika frekwensi penerbangan ditambah. “Jadi peningkatan penumpang 35,13 persen itu artinya tren pertumbuhan penumpang di bandara ini cukup baik,” kata pria asli Denpasar ini.

Gunarsa menuturkan, pada tahun 2017 jumlah penumpang yang turun dan naik di Bandara Susilo mencapai 96.063 orang. Padahal lima tahun sebelumnya atau tahun 2012 jumlah penumpang Bandara Susilo hanya 26 ribu orang. Gunarsa pun menyakini peningkatan jumlah penumpang tersebut akan terus bertambah ssiring dengan akan diresmikannya Bandara Tebelian.

Gunarsa mengungkapkan, bukti adanya peningkatan jumlah penumpang juga membuat beberapa airline yang ada saat ini meminta izin untuk penambahan frekwensi penerbangan. Namun karena daya dukung Bandara Susilo seperti luas Apron yang hanya 220 x 60 meter persegi dan panjang landasan pacu 1.300 meter, dan adanya rencana kepindahan bandara, maka pihaknya masih menunda permohonan penambahan frekwensi penerbangan tersebut. “Sementara ini kami pending (permohonan penambahan frekwensj) karena daya dukung itu. Karena kalau kita tambah frekwensi nanti akan mempercepat kerusakan Bandara Susilo. Sehingga akan mengganggu airline yang selama ini sudah eksisting di Bandara Susilo,” jelasnya.

Gunarsa menjelaskan, saat ini apron Bandara Susllo hanya mampu menampung 1 pesawat ATR. Sehingga tiga airline lainnya tidak bisa datang secara bersamaan. Oleh karena itu jika ada penambahan frekwensi penerbangan maka akan ada kelebihan atau overload baik penumpang ataupun pesawat di Bandara Susilo. Karena keterbatasan di Bandara Susilo maka ada beberapa airline yang membatasi jumlah penumpangnya. “Itu yang membuat salah satu alasan Bandara Susilo dipindah ke Bandara Tebelian. Pemkab Sintang yang berinisiatif sejak 2005 untuk memindahkan Bandara Susilo ke Bandara Tebelian,” paparnya.

Sekda Sintang Yosepha Hasnah menyambut gembira rencana peresmian Bandara Tebelian, karena memang sudah ditunggu-tunggu masyarakat dari tiga kabupaten yaitu Sekadau, Melawi, dan Sintang. Ia juga memastikan bahwa lahan untuk memperluas bandara agar nantinya bisa didarati pesawat berbadan besar sudah dibebaskan.

Sehingga nantinya, Bandara Tebelian akan menjadi alternatif jika Bandara Supadio, Pontianak tidak bisa didarati pesawat ketika cuaca tidak memungkinkan atau nantinya bisa juga dimanfaatkan untuk embarkasi haji. “Selama ini kalau cuaca buruk di Pontianak, pesawat dialihkan ke Palembang atau kembali ke bandara asal,” katanya.

Ia berharap, pembukaan bandara baru ini nantinya berdampak positif bagi pengembangan wilayah dan peningkatan ekonomi daerah dengan berkembangnya potensi sumber daya alam di Kabupaten Sintang ini. “Selama ini aksesibilitas menjadi kendala utama dalam pengembangan potensi sumber daya alam Kabupaten Sintang,” tuturnya. (son)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button