Kecelakaan Mudik Turun 88 Persen

JAKARTA (Bisnisjakarta)-
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi berkunjung ke Terminal Harjamukti, Cirebon dalam rangka pantauan arus mudik. “Puncak arus mudik sudah terjadi hingga tanggal 30 Mei-1 Juni. Hari ini saya menyusuri Jakarta-Cirebon tidak terjadi kepadatan akibat one way yang diterapkan oleh Kepolisian. Kecuali tadi masuk Cawang sampai KM.15 masih ada sedikit hambatan. Namun lepas dari KM.29 kecepatan bisa mencapai 70-80 KM/jam,” kata Dirjen Budi di Terminal Harjamukti, Cirebon, Senin (3/6).

Dari hasil data yang diperolehnya, Dirjen Budi melanjutkan, di Terminal Harjamukti secara umum ada peningkatan untuk bus dan kendaraan penumpang. Untuk bus peningkatannya dr H-10 sampai H-4 tidak begitu banyak, namun secara umum penggunaan bus saat awal Lebaran banyak digunakan masyarakat untuk tujuan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Banyak pemudik dari Jakarta banyak yang pakai bus mudik gratis yang diadakan oleh pemerintah dan swasta.

Dirjen Budi juga memaparkan bahwa dalam arus mudik ini diakuinya ada kenaikan penggunaan sepeda motor untuk mudik. “Untuk penggunaan sepeda motor dari jalur pantura di sekitar Balonggandu ada peningkatan cukup signifikan dibandingkan tahun lalu. Pada H-7 (29 Mei) terdapat kenaikan 127% dengan rincian tahun 2018 sebanyak 42.556 unit, sementara 2019 terdapat 96.627 unit. Sementara H-6 (30 Mei) naik 138%; pada tahun 2018 sebanyak 34.838 unit dan tahun 2019 sebanyak 83.128 unit. Namun pengguna bus tidak begitu tinggi karena banyak masyarakat yang lebih memilih kendaraan pribadi,” ucap Dirjen Budi.

Meski demikian, saat ditanya mengenai angka kecelakaan Dirjen Budi mengungkapkan bahwa tahun ini angka kecelakaan menurun. “Seputar data kecelakaan dibandingkan data tahun 2018 di hari yang sama, menurun sangat tajam sekali. Di 2018 bisa sampai dengan 1.911 kecelakaan dengan korban meninggal dunia 691 orang. Tapi selama 2019 ini yang tercatat di posko kami kecelakaan sejumlah 220 kasus dengan korban meninggal dunia 90 orang. Ini terjadi penurunan tajam sampai 88%,” katanya.

“Memang ada korelasi yang signifikan antara mudik gratis dengan penggunaan bus, karena di luar mudik gratis itu terjadi penurunan (pengguna bus) tapi dengan kendaraan pribadi mengalami peningkatan. Sepeda motor secara umum ada peningkatan yang cukup tinggi dibanding tahun 2018, saya kira karena banyak masyarakat yang sudah menguasai penggunaan motor namun kita harapkan tidak dipakai selama mudik. Tapi walaupun pengguna sepeda motor cukup banyak, tapi angka kecelakaan tidak begitu tinggi,” lanjut Dirjen Budi.

Dirjen Budi berharap bahwa kampanye yang dilakukan pihaknya mengenai mudik tanpa sepeda motor dapat dipatuhi pemudik. “Sepeda motor ini moda transportasi yang paling berbahaya dan rawan kecelakaan, jadi diharapkan masyarakat tidak ada lagi yang memaksakan diri naik motor untuk mudik,” tutup Dirjen Budi dalam keterangannya. (son)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button