Kekhawatiran Warnai Anjloknya Wall Street

NEW YORK (Bisnis Jakarta) – Bursa saham Wall Street berakhir lebih rendah pada Selasa (Rabu pagi WIB), setelah menyentuh rekor tertinggi di awal sesi, karena investor mempertimbangkan kemungkinan adanya penutupan operasional pemerintah.

Indeks Dow Jones Industrial Average kehilangan 10,33 poin atau 0,04 persen menjadi ditutup di 25.792,86 poiin. Indeks S&P 500 berkurang 9,82 poin atau 0,35 persen menjadi berakhir di 2.776,42 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup turun 37,38 poin atau 0,51 persen menjadi 7.223,69 poin.

Kongres harus meloloskan rancangan undang-undang pengeluaran pada Jumat (19/1) untuk menghindari penutupan operasional pemerintahan, menurut CNBC. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin telah meminta Kongres untuk menaikkan pagu/plafon utang pemerintah federal pada akhir Februari, demikian sebuah laporan Bloomberg News pada Senin (8/1).

Penangguhan batas utang berakhir pada 8 Desember 2017 dan batas utang dikembalikan lagi ke posisi semula sekitar 20,4 triliun dolar AS. Mnuchin mengatakan bahwa Kementerian Keuangan dapat menggunakan langkah-langkah luar biasa untuk mendanai pemerintah federal setidaknya sampai Januari dalam batas utang 20,4 triliun dolar AS.

Pusat Kebijakan Bipartisan, sebuah kelompok pemikir non-partisan di Washington D.C., memperkirakan bahwa pemerintah federal akan kehabisan uang tunai dan menghadapi risiko gagal bayar pada Maret tahun ini. Kongres mungkin berusaha menaikkan plafon utang pada Februari dengan melampirkan langkah-langkah pada rancangan undang-undang pengeluaran pemerintah, kata laporan Bloomberg News.

Para analis mengatakan sebuah titik pertengkaran antara Partai Republik dan Demokrat adalah sebuah rancangan undang-undang imigrasi yang ingin diloloskan Demokrat, yang memiliki upaya-upaya rumit untuk membuat pemerintahan tetap buka.

Data historis menunjukkan bahwa S&P 500 kembali ke negatif 0,3 persen satu minggu setelah penutupan pemerintah, menurut analis pasar. Saham-saham AS reli pada Selasa pagi, dengan Dow menyentuh 26.000 untuk pertama kalinya, karena laba perusahaan-perusahaan utama yang keluar lebih baik dari perkiraan.

Musim laporan laba sejauh ini terus menguat. Menurut perusahaan riset keuangan FactSet, dari perusahaan-perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan laba mereka pada Jumat (12/1), 69 persen telah melampaui perkiraan laba per saham, sementara 85 persen telah mengalahkan ekspektasi. (grd/ant)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button