
Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat kembali melaksanakan Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Tingkat Nasional Tahun 2019. Selama 5 hari ke depan hingga Jumat (11/10) mendatang, sebanyak 73 orang pelajar SMA sederajat akan mengikuti kegiatan tersebut.
Direktur Sarana Transportasi Jalan, Sigit Irfansyah yang mewakili Direktur Jenderal Perhubungan Darat dalam sambutannya menyambut baik akan kegiatan tersebut karena kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan budaya keselamatan jalan di kalangan pelajar. Ia juga menguraikan bahwa Ditjen Hubdat sedang mendorong daerah-daerah untuk mengusung program "Bike to School" sehingga para pelajar akan menggunakan sepeda ke sekolahnya alih-alih menggunakan sepeda motor. "Di Kendari sudah mulai, demikian pula dengan Jakarta. Saya rasa ini program yang bagus. Namun tetap harus didukung dengan fasilitas yang baik juga, misalnya dengan adanya jalur sepeda sehingga para pesepeda akan aman. Demikian pula dengan fasilitas parkir sepeda juga harus dalam keadaan baik nantinya," kata Sigit menjelaskan program Bike To School tersebut.
Menurut Sigit, anak-anak ini nantinya akan dipilih sebagai duta keselamatan yang akan bekerja sama dengan Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) maupun Dinas Perhubungan setempat untuk mengampanyekan anti kecelakaan baik untuk masyarakat maupun teman sebayanya.
Sigit menekankan bahwa pelajar masa kini banyak yang sudah mengendarai motor ke sekolahnya, namun sayangnya masih belum punya Surat Izin Mengemudi (SIM). "Semua pelajar punya potensi terkena kecelakaan lalu lintas. Usia 15-29 tahun adalah rentang usia terbanyak yang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, artinya usia pelajar ini rentan kecelakaan lalu lintas," jelas Sigit.
Selain itu Sigit menjabarkan bahwa ada faktor dukungan orang tua yang seringkali membuat anak-anak yang belum cukup umur (kurang dari 17 tahun) untuk membawa sepeda motor. "Sering terjadi di kita ini ada rasa bangga pada orang tua kalau anaknya, masih muda tapi sudah bisa dan mampu mengendarai sepeda motor, padahal itu salah. Jadi kalian harus memotivasi mereka, karena usia SMP bahkan SD sudah banyak yang sudah bebas membawa motor," urai Sigit kepada para peserta yang berasal dari 25 Provinsi tersebut.
Selama 5 hari ke depan, para peserta akan dinilai oleh sejumlah dewan juri antara lain Elly Sinaga dari Global Road Safety Partnership, Darmaningtyas dari Masyarakat Transportasi Indonesia, Budi Hartanto Susilo dari Universitas Maranatha, Aldo Siahaan dari Korlantas Polri, dan Yossyafra perwakilan dari Universitas Andalas. (son)