
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pembangunan angkutan umum massal seperti MRT atau LRT biayanya masih lebih murah dari pada kerugian akibat kemacetan. Hal tersebut disampaikan Menhub saat membuka Seminar Nasional dengan tema “Advocating and Stakeholder Empowerment on Sustainable Transport Infrastructure Development” yang diselenggarakan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) di Jakarta, Jumat (26/4).
Dalam angka kuantitatif, walaupun belum terlalu dipercaya masyarakat, Menhub mengatakan, kerugian akibat kemacetan di Jakarta itu mencapai Rp 100 triliun per tahun. "Ini kalau dibandingkan maka membangun MRT atau LRT itu lebih murah,” ujar Menhub.
Sebagai informasi biaya untuk pembangunan MRT Fase I rute Bundaran HI – Lebak Bulus sepanjang 16 km menghabiskan dana Rp 16 triliun, sedangkan pembangunan LRT Jabodebek dibangun dengan total biaya Rp 20,752 triliun untuk rute sepanjang 44,3 km.
Menurut Menhub, masih banyak masyarakat dan pemerintah kota yang masih belum sadar bahwa masa depan dari pada transportasi perkotaan itu adalah angkutan umum massal dan tidak mungkin lagi untuk mengandalkan kendaraan pribadi. Maka untuk itu, jelas Menhub, perlu disebarkan kepada masyarakat terutama kaum milenial agar tumbuh kesadaran untuk menggunakan transportasi umum massal. "Harus memberikan pembelajaran dan pengertian kepada mereka," kata Menhub.
Menurut Menhub, saatnya melakukan suatu upaya-upaya. Oleh karenanya BRT, MRT dan LRT sekalipun harus berjuang untuk membangun itu dengan beberapa supporting dari pemerintah. "Kita harus mampu membuat angkutan massal yang berdaya. Pesan ini perlu disampaikan agar bangkit suatu kesadaran (beralih menggunakan transportasi umum massal). Kaum milenial harus beraksi menyampaikan ide ini sebagai satu yang kita deliver kepada masyarakat Indonesia,” pungkas Menhub. (son)