
Kiai Nasihin muda belajar di Madrasah Darunnajah Ngemplak, dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), Tsanawiyah (MTs), hingga Aliyah (MA). Meski mendapatkan ilmu tarekat, tapi Kiai Nasihin muda tetap belajar syariat dengan tekun.
Di usianya masih remaja, ia sudah menjadi guru mursyid. Hal itu diakui KH Ahmad Thoha Ismail, pengasuh Ponpes Nurul Furqon, Ngemplak, Pati.
“Sejak usia sekitar 15 tahun, Kiai Nasihin sudah menjadi guru mursyid. Tidak sekadar punya murid, tapi mahaguru, di atas kiai. Beliau memang pernah menjadi murid saya di bangku sekolah formal, tapi untuk ilmu sirri, beliau adalah guru saya,” ujar KH Thoha.
Hal itu dianggap wajar karena Kiai Nasihin memiliki banyak guru tarekat sejak usia belasan. Beberapa gurunya, antara lain KH Abdullah Salam Kajen yang mengajarkan tarekat Naqsyabandiyah, kedua ayah dan ibunya yang mengajarkan tarekat Syattariyah.
Kiai Nasihin juga pernah berguru di bidang tarekat kepada KH Maksum Kajen, KH Khamid Pasuruan, KH Fadhol bin Abdissyakur Tuban, dan KH Abdul Manan Manyaran Semarang. Tarekat Syadziliyah dan Tijaniyah juga beliau pelajari dengan intens.