
BOGOR (Bisnis Jakarta) – Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Bogor H. Ade Sarmili menyerukan kepada seluruh umat muslim di Bogor untuk menyambut datangnya bulan Suci Ramadhan “Marhaban Ya Ramdhan” tahun 1439 Hijriah dengan hati penuh gembira.
Pasalnya menurut Ade, momentum Ramadhan tahun ini harus mampu dimanfaatkan betul-betul oleh umat muslim sebagai madrasah, tempat pendidikan, tempat pelatihan dan tempat di mana mengekspresikan ketaqwaan kita sebagai muslim kepada Allah SWT.
“Bulan Ramdhan sesungguhnya bulan yang suci, bulan penuh keberkahaan dan bulan penuh apunan dari Allah kepada hambanya. Untuk itu mari kita manfaatkan bulan tersebut dengan sebaik-baiknya dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah,” kata Ade, ditemui di Masjid Raya Bogor, Selasa (08/05).
Ade melanjutkan, apapun nama kelembagaanya baik masjid, pondok pesantren, madrasah atau majelis Ta’lim, semuanya harus konsen kepada pembinaan umat dan keagamaan yang ada di Kota Bogor. Dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan religi untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan itu diharapkan pasca Ramadhan umat muslim bisa terus mengamalkan dan menjaga kontinuitas keimanan di tataran yang optimal.
“Jangan sampai Ramadhan yang sebentar lagi akan kita hadapi kita sia-siakan. Intinya Ramadhan tahun ini harus dapat memberikan efek produktif kepada umat Muslim dan masyarakat Kota Bogor khusunya,” harapnya.
Ade juga sempat menyinggung pelaksanaan kampanye Pilkada Serentak 2018 selama bulan Ramadhan. “Saya berharap siapapun pasangan calonnya mereka saya harap tidak menjual lembaga agama kepada masyarakat dan tidak mengotori tempat-tempat ibadah untuk kepentingan politik praktis dan pragmatis yang memanfatkan momentum Ramadhan ini,” tegasnya.
Meski demikian, ia tak melarang jika ada tokoh, baik calon atau pendukung yang datang ke masjid atau pesantren di Bogor untuk memberikan keilmuannya (dakwah) dalam upaya ikut mencerdaskan masyarakat muslim dalam berpolitik.
“Jadi kita harus cerdas dan bisa membedakan mana untuk dakwah, dan yang mana untuk tujuan kepentingan atau kampanye politik dengan memanfatkan masjid,” jelasnya,
Menurut Ade antara kampanye dan memberikan kecerdasan politik itu berbeda. Politik dalam fiqih siyasah memang ada tetapi kalau politik praktis seperti yang sekarang yang sifatnya praktis dan pragmatis diharapkan menghindari tempat-tempat ibadah. “Masjid itu milik semua kelompok, semua golongan dan semua warna. Kami tidak ingin masjid di Bogor ini dikotori oleh semua warna-warna untuk kepentingan politik itu,” pungkasnya. (bas)