
Muhadjir menampik tuduhan sejumlah pihak bahwa sistem zonasi yang diterapkan telah menambah persoalan baru. Menurutnya justru sistem zonasi ditempuh untuk segera menyelesaikan masalah infrastruktur dan ketidakmerataan guru. "Karena zonasi ini untuk memperkecil, meng-close up masalah. Kalau petanya nasional itu buram, tapi kalau kita pecah-pecah dalam zona-zona itu menjadi lebih tajam lebih luas," urainya.
Muhadjir mengatakan sistem zonasi bersifat elastis menyesuaikan kapasitas dari sekolah yang ada. Apabila tak memadai, maka siswa akan dipindahkan ke zona terdekat. "Zonasi ini kan sifatnya elastis. Jadi kalau memang jumlah sekolahnya kapasitas sekolah belum memadai dibanding siswa, ya, dimekarkan. Kalau ternyata kelebihan disempitkan, dikasihkan kepada zona sebelah. Dibikin yang luwes aja, termasuk dia harus dihitung kapasitas sekolah swasta," ungkap Muhadjir.
Selain itu, sistem zonasi akan digunakan untuk mengetahui sekolah di mana saja yang belum mendapatkan sarana dan prasana pendidikan yang berkualitas. Setelah itu, pihaknya akan segera melakukan pembenahan. "Jomplangnya sarana prasarana antarsekolah itu akan akan bisa ketahuan dan memang karena uangnya itu ada di daerah, provinsi, kabupaten kota. Kita akan tinggal minta mereka untuk segera benahi itu," ujarnya.
Dan yang lebih penting lagi, sistem zonasi menghapus stigma masyarakat tentang sekolah favorit. Ia berharap masyarakat mulai sadar kalau istilah sekolah favorit seharusnya sudah tidak berlaku lagi. "Saya mohon masyarakat mulai menyadari bahwa namanya era sekolah favorit itu sudah selesai. Karena sekarang nggak ada sekolah yang isinya anak-anak tertentu, terutama yang mereka yang dari proses passing grade, yang relatif homogen. Nggak ada sekarang," tegasnya. (har)