MIS Financial Services, Bidik Segmen Pembiayaan dan Koperasi

JAKARTA (Bisnis Jakarta)-
Jam terbang Tedy Agustiansjah di bisnis keuangan tidak diragukan lagi. Lebih dari 30 tahun mantan Direktur Operasional & Treasury
Bank Dewa Rutji ini  menggeluti bisnis keuangan. Setelah itu, sejak 1997, Tedy mencoba mengembangkan  Multi Inti Sarana (MIS) yang awalnya bergerak di bidang pembiayaan. Seiring perjalanan waktu Multi Inti Sarana (MIS Group) menjadi holding company yang mengelola group usaha yang bergerak di bidang transportasi premium, tambang timah, dan financial services.

Sebagai Chairman MIS Group, saat ini Tedy sedang getol-getolnya mengembangkan MIS Financial Services yang menaungi bisnis multifinance, fintech, dan koperasi. Kebetulan ia juga sebagai CEO Pracico Multi Finance.

Pracico Multi Finance, dikenal sebagai perusahaan pembiayaan transportasi massal dan transportasi sampah di sektor pemerintahan. Tetapi Pracico Multi Finance (PMF) juga memberikan layanan pembiayaan untuk perusahaan swasta dan Badan Usaha Milik Negara yang membutuhkan bus dan truk.

Selain pembiayaan, MIS Financial Services juga menaungi usaha koperasi yaitu Pracico Inti Sejahtera [koperasi simpan pinjam] dan Pracico Inti Utama [kospin dan pembiayaan syariah]. Diakui Tedy utk koperasi ini semuanya wajib anggota, penyetor dana maupun peminjam semuanya menjadi anggota. Keanggotaan koperasi ini akan diberikan member card dalam bentuk Apps, yang salah satu kegunaanya untuk free entry lounge bandara dan tempat lain yang sedang dikembangkan.

Koperasi yang didirikan awal 2018 ini memberikan pinjaman, dengan target market orang-orang yang perlu dana darurat dan memiliki aset berupa rumah atau ruko yang akan digunakan sebagai agunan.

Diakui Tedy saat ini Koperasi Pracico bisa memberikan pinjaman sekitar Rp 750juta – Rp 2 miliar, dengan bunga atau bagi hasil setara 3 persen per bulan. "Dengan anggota sekitar 100 orang, saat ini koperasi PIS mengelola sekitar Rp 250 miliar, sedangkan PIU dengan anggota sekitar 200-250 orang, dana yang dikelolanya sekitar Rp 400 miliar," papar Tedy.

Tedy menambahkan kehadiran koperasi ini banyak mendapat sambutan bagus dari masyarakat, hal ini ditandai dengan munculnya marketing gallery di beberapa daerah seperti Cirebon, Surabaya, Balikpapan, Medan, Pontianak, dan Tanjung Pinang. "Hingga saat ini, dana yang dikucurkan untuk pembiayaan dan simpan pinjam koperasi sekitar Rp 500 miliar dan target akhir tahun sekitar Rp 1 triliun," kata Tedy.

Pracico tidak menutup kemungkinan merambah  ke bisnis jasa keuangan lainnya seperti asuransi, aset management, dan lain-lain beberapa tahun mendatang.

Mengingat saat ini Pracico sedang melakukan  konsolidasi di berbagai bidang seperti IT, System, dan SDM untuk melakukan lompatan besar tahun 2019, misalnya dengan target pembiayaan dan pinjaman kredit koperasi lebih tinggi.

Diakui Tedy, mencari dana itu gampang, tetapi bagaimana melakukan pembiayaan dengan tingkat risiko rendah, itu yang jadi tantangan. Itu yang paling krusial.

Pendanaan hanya masalah cost, tetapi risiko bukan di situ,  ketika dana itu dipinjamkan kembali, baik kepada perorangan atau perseroan supaya bisa membayar kembali dengan tingkat  kemacetan rendah, itu yang sangat rumit.

Oleh sebab itu, ia memilih rumah atau ruko yang digunakan sebagai jaminan harus dikosongkan, kalau sudah selesai baru dikembalikan ke pemiliknya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko kemacetan. Selain itu juga untuk menghindari aset dikuasai orang lain. (son)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button