
JAKARTA (Bisnis Jakarta) – Industri perbankan, terutama bank-bank penguasa pasar, diminta untuk lebih cepat menurunkan suku bunga kredit, karena suku bunga acuan Bank Indonesia atau 7-Day Reverse Repo Rate sudah menurun signifikan sebesar 175 basis poin sejak akhir 2015.
“Begitu suku bunga acuan turun, bank segera menurunkan suku bunga deposito, tapi lamban sekali menurunkan suku bunga kredit,” kata Anggota Komisi XI DPR Sarmuji dalam pesan singkat di Jakarta, Selasa.
Sarmuji menyindir industri perbankan kerap bersikap tak proposional.
Misalnya, ketika suku bunga acuan dinaikkan oleh otoritas moneter, bank cepat menaikkan suku bunga kredit, namun lamban menaikkan suku bunga simpanan. Sedangkan, ketika suku bunga acuan turun, perbankan bersikap sebaliknya. Suku bunga simpanan cepat diturunkan, sementara suku bunga kredit hanya perlahan merosot. “Industri perbankan jangan mau menang sendiri, mau untung besar tanpa memikirkan kepentingan yang lebih besar,” ujar dia.
Dia minta bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dapat memberi contoh industri perbankan untuk segera menurunkan suku bunga kredit.Jika, bank BUMN segera menurunkan bunga kredit, bank swasta lainnya kemungkinan akan ikut menurunkan bunga kredit, demi persaiangan merebut nasabah. “Bank swasta akan mengikuti, kalau tidak nasabah yang baik dan kredibel akan lari ke bank-bank pemerintah,” ujar Anggora Fraksi Partai Golkar ini.
Sarmuji minta industri perbankan untuk lebih meningkatkan kontribusinya terhadap perekonomian nasional, selain hanya memprioritaskan laba perusahaan. “Tidak ada yang mencegah mereka menurunkan suku bunga kredit kecuali keserakahan,” katanya.
Sejak akhir 2015, BI sebagai otoritas moneter secara akumulatif telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 175 basis poin, baik melalui instrumen bunga acuan lama BI Rate dan yang terkini 7-Day Reverse Repo Rate.
Terakhir pada Rapat Dewan Gubernur periode Agustus 2017 ini, BI menurunkan kembali suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4,5 persen. Selain itu, koridor operasi moneter juga berubah dengan suku bunga untuk fasiltas penyediaan dana oleh BI ke bank (Lending Facility) yang turun 25 basis poin menjadi 5,25 persen, dan penyimpanan dana bank di BI (Deposit Facility) turun menjadi 3,75 persen.
Meskipun demikian, suku bunga kredit perbankan, khususnya untuk UMKM dan modal kerja secara rata-rata masih bertengger di dua digit, atau di kisaran 11-12 persen. Padahal, sejak awal 2016, pemerintah mengupayakan untuk mendorong suku bunga kredit satu digit untuk semua sektor. Tercatat, baru untuk kredit korporasi dan beberapa lini konsumer yang bisa ditekan ke satu digit.
Presiden Joko Widodo, Senin (28/8) bertemu dengan Ketua DK Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso, Gubernur BI Agus Martowardojo dan sejumlah jajaran Menteri Kabinet Kerja untuk membahas penurunan suku bunga kredit. (grd/ant)