
Destinasi wisata Tanjung Puting dengan ikon orang utannya makin diminati banyak wisatawan domestik dan mancanegara. Karena untuk mencapai destinasi wisata nasional itu hanya melalui sungai, faktor keamanan dan keselamatan pelayaran menjadi perhatian Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kumai. "Yang kita lakukan diantaranya melakukan sertifikasi secara menyeluruh terhadap kapal-kapal rakyat atau kapal-kapal pelayaran tradisional angkutan sungai yang salah satunya sebagai penunjang pariwisata. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan penumpang kapal," kata Kepala KSOP Kelas IV Kumai Capt. Wahyu Prihanto usai rapat koordinasi di Gedung Kemenparekraf Jakarta, Jumat (13/12).
Rapat membahas agenda Percepatan Pembangunan Daerah Kalteng yang dipimpin ketua tim Laksamana (Purn) Dr. Marsetio. Sesuai dengan Peraturan Gubernur Kalteng Nomor 188.44/64/2018 tanggal 26 Maret 2018, tim memiliki tugas di Bidang Ekonomi, Pembangunan, dan Sumber Daya Alam, Bidang Infrastruktur, Perhubungan dan Perumahan Rakyat, serta Bidang E-Government dan Smart City & Pariwisata.
Menurut Capt. Wahyu, kompetenai dan sertifukasi terhadap kapal-kapal rakyat sudah selesai dilakukan tahun 2018 lalu. Yang menjadi perhatian kini, kata pria asal Madura itu, adanya keinginan untuk mengaktifkan kembali Pandu Alam. "Sebenarnya, semua aktivitas pelayaran di Kumai wajib pandu dan wajib tunda," kata Capt. Wahyu.
Namun Capt. Wahyu mengakui, Pandu Alam sangat membantu terutama untuk jangka panjang yang pada gilirannya mereka juga akan mendapatkan sertifikasi dan kompetensi. "Pandu Alam itu adalah mereka yang sebenarnya lebih tahu arus dan dalam atau dangkalnya perairan menuju Taman Nasional Tanjung Puting," jelas Capt. Wahyu.
Terhadap keinginan Pelindo menyiapkan dermaga kapal klotok pada sisi kiri dan kanan pelabuhan, Capt. Wahyu tak mempermalahkan hal itu, tetapi masyarakat pengelola kapal klotok tersebut wajib mendapatkan sertifikasi. "Intinya untuk keamanan dan keselamatan pelayaran," paparnya.
Hal yang sama juga akan dilakukan Bupati Kotawaringin Barat (Kobar) Hj. Nurhidayah yang akan memindahkan kapal-kapal yacht ke Sungai Arut. Menurut Capt. Wahyu, potensi dan lokasinya memang mendukung tetapi perlu juga memperhatikan aspek service security, mengingat itu lokasi baru. "Sosialisasi juga penting kepada masyarakat bahwa kehadiran mereka diharapkan akan berdampak pada ekonomi masyarakat sekitar. Ekonomi masyarakat akan bergerak dengan kehadiran mereka," paparnya.
Capt. Wahyu juga mendukung inovasi dan adopsi teknologi dalam penggunaan sel listrik tenaga surya untuk mengurangi polusi asap akibat penggunaan genset yang berbahan bakar solar pada kapal-kapal yang beroperasi di Kumai. "Kita akan jadikan pilot project, dan ada beberapa kapal yang sedang dibangun akan dilengkapi panel tenaga surya," ungkap Capt. Wahyu.
Untuk diketahui, Pelabuhan Kumai selama ini sebagai pintu masuk menuju Taman Nasional Tanjung Puting, daerah konservasi orang utan yang makin hari kian banyak dikunjungi wisman dan wisnus. "Apa yang kita lakukan selama ini adalah sebagai bentuk dukungan terhadap upaya pemerintah daerah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat, khususnya dari sektor pariwisata,” kata Capt. Wahyu. (son)