TANGERANG (Bisnis Jakarta) – Kementerian Koperasi dan UKM menilai potensi pondok pesantren (ponpes) cukup strategis sebagai pusat pemberdayaan ekonomi umat, karena jumlahnya cukup besar. Berdasarkan data dari Kementerian Agama jumlah ponpes saat ini mencapai 27.290 unit dengan tenaga pendidik 160.793 orang dan santri 3.876.696 orang.
Deputi Bidang Pembiayaan, Kemenkop dan UKM Yuana Sutyowati saat silahturahmi dan sarasehan internasional Forum Pesantren Alumni Gontor di Pondok Pesantren Daar el Qolam, Pasir Gintung, Tanggerang, Minggu (21/1) mengarakan, pesantren dapat dikembangkan untuk memiliki 3 (tiga) peran strategis. Pertama yaitu sebagai lembaga bisnis pesantren yang melaksanakan usaha di sektor produksi, konsumsi, pemasanan, jasa atau simpan pinjam untuk memenuhi kebutuhan dan kemandirian pesantren serta pengembangan bisnis dalam sekala nasional maupun internasional.
Kedua, peran strategis pesantren dapat dilakukan melalui inkubasi bisnis santri. Dimana nantinya diharapkan bisa menjadi laboratorium bisnis santri guna melahirkan wirausaha muslim yang tangguh di dalam mengembangkan ekonomi syariah di Indonesia. “Ketiga, sebagai sentra bisnis lokal dengan melibatkan masyarakat mengembangkan sumberdaya dan kearifan lokal untuk membuat produk unggulan daerah,” kata Yuana.
Karena itu, menurut Yuana, program-program strategis Kemenkop dan UKM dapat disinergikan dengan pesantren. Antara lain penguatan kelembagaan melalui Koperasi Pondok Pesantren (Koppontren) dan Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK), peningkatan kualitas SDM KUMKM melalui pendidikan dan pelatihan kewirausahaan (entrepreneurship), promosi dan pemasaran produk pesantren melalui Lembaga Layanan Pemasaran KUMKM (Smesco UKM).
Selain itu, sinergi peningkatan akses pembiayaan melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR), program pembiayaan Kredit Ultra Mikro (Umi), bantuan Wirausaha Pemula, serta bantuan pembiayaan melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir KUMKM.
Yuana melanjutkan bahwa peran strategis pondok pesanten dapat diwujudkan nelalui pengembangan kurikulum yang tidak saja dalam bidang keilmuan umum dan keagamaan tetapi mulai diperkenalkan kurikulum yang berbasis kewirausahaan atau entrepreneurship, sehingga alumni pesantren tidak berorentasi dalam mencari pekerjaan tetapu sudah diarahkan penciptaan lapangan kerja. “Dengan menerapkan sistem manajemen modern yang dilengkapi dengan kurikulum kewirausahaan, diharapkan pesantren dapat mengembangkan ekonomi syariah diseluruh pelosok Indonesia, mengingat para santri juga berasal dari seluruh penjuru tanah air,” ujar Yuana
Untuk diketahui Pesantren Darusalam Gontor dalam usianya ke 90 Tahun telah membuka 21 unit pesantren dengan 25.000 orang alumni. Dari alumni tersebut telah berkembang 1.000 pesantren dengan jumlah total santri aktif yang mengikuti pendidikan sebanyak 600.000 santri. (son)