JAKARTA (Bisnis Jakarta) – Menpar Arief Yahya membuka Rapat Kerja Teknis Pra Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) 2018. Acara yang bertema Digital Destination & Nomadic Tourism mengawali Rakornaspar yang akan dilaksanakan di Bali. 22-23 Maret 2018.
Menpar mengatakan, Pra Rakornas dilaksanakan untuk mengukur target yang hendak dicapai dan diharapkan dalam penyelenggaraan Rakornas nanti. ”Kita menggelar Pra Rakornas ini karena kita harus tahu apa yang kita capai, dan juga apa yang kita harapkan. Kita harus bisa menjadi bangsa pemenang dengan cara yang tidak biasa,” ujar Menpar.
Mengenai tema yang diangkat, Menpar menyatakan bahwa tema Digital Destination & Nomadic Tourism sangat relevan untuk diterapkan dalam keadaan sekarang ini, dimana perubahan zaman yang masuk era digital saat ini. Untuk itu, maka perlu dibangun destinasi digital, yakni sebuah destinasi yang heboh di dunia maya, viral di media sosial, dan nge-hits di Instagram. Kids Zaman Now sering menyebut diferensiasi produk destinasi baru ini dengan istilah Instagramable.
Menpar mengharapkan, dengan acara Pra Rakornas ini semua pihak bisa merealisasikan destinasi digital. Pembuat destinasi digital diharapkan dapat menciptakan sensasi gambar dan suasana destinasi yang tidak ada di tempat lain, semakin eksklusif semakin mengundang orang datang. ”Dan kondisi saat ini adalah esteem economy, anak-anak muda zaman now butuh pengakuan di sosial media, semua bisa didapat di Destinasi Digital,” kata Menpar.
Data mengatakan, 63% dari seluruh perjalanan dicari, dipesan, dibeli, dan dijual secara online, sedangkan 50% dari seluruh penjualan perjalanan secara online melibatkan lebih dari 1 perangkat. Oleh karena itu Tourism Digital menjadi salah satu program prioritas utama Kemenpar di tahun 2018 untuk mewujudkan 17 juta wisman di Tahun ini dan 20 Juta wisman di 2019.
Mengenai tema Nomadic Tourism, Menpar mengatakan, untuk memenuhi target 20 juta wisman, perlu dibuat akomodasi yang bisa berpindah-pindah. Misalnya, Danau Toba. Dari sisi atraksi, tidak dapat diragukan lagi dapat dikategorikan sebagai destinasi wisata kelas dunia, dengan gelar yang disandangnya sebagai danau vulkanik terbesar didunia atau sering disebut super volcano caldera. Dari sisi aksesibilitas, progress-nya bagus antara lain dengan adanya Bandara Silangit yang telah ditetapkan sebagai bandara internasional. Namun, selalu tertinggal kalau bicara mengenai amenitas seperti hotel, resort, atau kafe.
Untuk mengembangkan amenitas memang harus menunggu aksesibilitas. Celakanya, imbuh Menpar, setelah aksesibilitas seperti bandara dan jalan terbangun, kita masih butuh waktu 4-5 tahun untuk membangun hotel berbintang. Sementara kita tahu target 20 juta wisman sudah di depan mata. “Nah, solusinya adalah Nomadic Accomodation. Solusi tercepatnya adalah dengan membangun amenitas (akomodasi) yang sifatnya bisa dipindah-pindah. Bentuknya bermacam-macam. Akomodasi yang paling mobile adalah karavan, hotel di atas mobil, atau bisa kita sebut “hotel mobil”. Hotel karavan ini bisa berpindah harian atau mingguan, untuk mencari spot-spot terindah di suatu destinasi wisata,” kata Menpar.
Dilanjutkannya, untuk merealisasikan nomadic tourism, Kemenpar akan menjadikan kawasan wisata Danau Toba sebagai pilot project dan ditargetkan untuk ground breaking, 2 April 2018 mendatang. (son)