JAKARTA (Bisnis Jakarta) –
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) terus mendorong pihak swasta untuk ikut mendukung realisasi Transit Oriented Devolepment (TOD) di lingkungan Jabodetabek. “Kawasan hunian yang dibangun para pengembang selama ini banyak yang tidak didukung oleh sistem jaringan transportasi publik sehingga menimbulkan kesemrawutan lalu-lintas,” kata Kepala BPTJ Bambang Prihartono di Jakarta, Sabtu (21/4).
Menurut Bambang, pemerintah memiliki keterbatasan terutama dalam hal pendanaan untuk merealisasikan program TOD di Jabodetabek, untuk itu peran swasta menjadi sangat penting. Bambang menyebutkan, sudah tidak masanya lagi pengembangan kawasan hunian mengandalkan angkutan pribadi bagi mobilitas para penghuninya, sebaliknya sudah harusnya semua pengembangan kawasan berbasis TOD.
Kawasan yang dibangun dengan konsep TOD setidaknya mensyaratkan beberapa hal diantaranya adalah tersedianya sistem transportasi berbasis angkutan umum massal untuk mobilitas para penggunanya. Termasuk dalam hal ini adalah tersedianya jalur pedestrian atau jalur sepeda yang memadai bagi warga dari hunian mereka menuju moda transportasi atau dari satu moda ke moda lain. “Waktu berjalan kaki idealnya tak lebih dari 7 menit menuju pergantian moda,” ujar Bambang.
Suatu kawasan TOD harus dibangun sedemikian rupa sehingga mengintegrasikan simpul aktifitas warga baik permukiman, area komersial, perkantoran dan area layanan publik. Integrasi ini dilakukan dengan berbasis moda angkutan umum massal.
Dalam dua tahun ke depan BPTJ menargetkan pembangunan 4 kawasan berorientasi TOD di kawasan Jabodetabek yaitu Terminal Poris Plawad (Tangerang), Baranangsiang (Bogor), Jatijajar (Depok) serta Pondok Cabe (Tangerang Selatan). Pembangunan kawasan TOD tersebut nantinya direncanakan sepenuhnya menggunakan pembiayaan swasta. Perkembangan terkini untuk Termina Poris Plawad sedang dalam proses tender, menyusul Baranangsiang yang sedang dalam proses kajian desain. Sementara Pondok Cabe dan Jatijajar masih dalam proses pemindahan asset.
Rekomendasi Teknis
Selain rencana membangun kawasan TOD, langkah-langkah BPTJ dalam mewujudkan TOD di lingkungan Jabodetabek adalah memberikan rekomendasi teknis kepada para pengembang yang sedang membangun di kawasan Jabodetabek agar menerapkan prinsip TOD.
Salah satu diantaranya yang segera bergulir adalah pembangunan fasilitas Transfer Point di Kawasan TOD Gunung Putri di Podomoro Golf View, Cimanggis, Kabupaten Bogor. Pencanangan awal pembangunan fasilitas Transfer Point ini akan dilakukan pada hari Sabtu 21 April 2018 oleh Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek(BPTJ) bersama Bupati Bogor dan Walikota Depok di lokasi tersebut.
Penyediaan fasilitas Transfer Point pada kawasan TOD Gunung Putri yang berada dalam kawasan Podomoro Golf View (PGV) merupakan hasil rekomendasi teknis Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan, dimana dalam kawasan dengan luas lahan 80 ha terdapat bangkitan dan tarikan perjalanan pada saat jam sibuk setelah kawasan terbangun sebesar 29.618 satuan mobil penumpang (SMP) per jam yang ekuivalen dengan 42.208 orang per jam.
Transfer Point di Kawasan Podomoro Golf View merupakan bangunan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang sekaligus menyediakan fasilitas park & ride yang diperuntukkan bagi penumpang/masyarakat umum yang melakukan perjalanan serta untuk penghuni kawasan Podomoro.
Penyelenggaraan operasional Transfer Point sebagai terminal nantinya akan dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor demi memastikan bahwa angkutan umum yang beroperasi terjamin keselamatannya. Dalam rencana pengembangan TOD, Podomoro akan membangun stasiun LRT (light Rail Transit) yang terintegrasi dengan perpanjangan Jalur LRT Cibubur – Bogor, dan nantinya stasiun tersebut akan dihibahkan kepada pemerintah, sebagai peran aktif mendukung transportasi yang terintegrasi di Jabodetabek.
Pembangunan yang berkonsep TOD oleh pengembang ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan kendaraan, kemacetan jalan, dan polusi udara. Dengan sendirinya keberadaan TOD ini nantinya juga akan meningkatkan jumlah penumpang angkutan umum dan menambah pilihan moda pergerakan kawasan perkotaan. Selain terkait masalah transportasi, dampak positif lain juga akan diperoleh yaitu menumbuhkan gaya hidup sehat melalui budaya jalan kaki.
Fasilitas Transfer Point yang dibangun pengembang ini, merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta (Agung Podomoro Grup) dalam penyenggaraan transportasi yang berorientasi transit. Pembangunan Transfer Point pada Kawasan Podomoro merupakan bagian dari pembangunan maupun pengembangan sarana dan prasarana sistem transportasi intermoda dalam rangka memperlancar mobilitas arus lalu lintas di wilayah Jabodetabek.
Penunjukan Kawasan Podomoro Golf View sebagai Transfer Point kawasan TOD ini otomatis selain menambah kemudahaan dan fasilitas bagi penghuninya, juga meningkatkan nilai investasi dari propertidi dalam Kawasan ini.
“Karena hunian yang terkoneksi langsung dengan sarana transportasi publik menjadi solusi berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat perkotaan, utamanya kota-kota besar seperti Jakarta. konsep ini kami yakini dapat mengurangi beban biaya transportasi, sehingga lebih hemat, juga dapat menurunkan polusi,” kata Presiden Direktur APL, Cosmas Batubara.
“Di sisi lain, keberhasilan menata sarana transportasi publik akan dapat mengurangi stress, sehingga meningkatkan produktivitas masyarakat.”
Selain itu Transfer Point di Kawasan Podomoro ini diharapkan dapat mendorong konektivitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan sistem transportasi yang berkelanjutan serta menurunkan biaya transportasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. (son)