Pada tahun ini, kata Devina, langkah konkret baru yang dilakukan Polygon adalah mengeluarkan seri Pedelec (pedal electric bicycle). Pedelec yang diproduksi Polygon memilki fungsi yang sama seperti sepeda kayuh konvensional pada umunnya – namun yang membedakan adalah sepeda bergerak dari hasil perpaduan tenaga pedaling yang dilakukan oleh pesepeda dan energi listrik yang dihasilkan oleh baterai pendukung pada sepeda.
Sistem ni, kata dia, dihadirkan untuk menghemat tenaga rider sehingga rider bisa menjelajah lebih jauh dan lebih cepat. “April 2018 lalu Polygon berhasil meraih atensi pengguna sepeda urban lewat seri Pedelec pertamanya, Path-E. Dengan meningkatnya interest dan permintaan produk dalam versi MTB-nya, Mei ini Polygon menghadirikan Entiat- E untuk kembali menjawab antusiasme pesepeda gunung” kata Devina.
Dengan menghadirkan pedelec, kata Devina, Polygon menyasar pasar baru yang mulai melirik tren pedelec dan telah memahami pedelec sebagai salah satu alternatif pilihan baru bersepeda. Selain tergolong baru di Indonesia, pedelec mampu menghemat tenaga dan waktu rider untuk bersepeda lebih jauh. Dengan bantuan teknologi sistem power assist pada sepeda, pedelec dapat mengakomodasi pesepeda dari usia beragam, dengan kemampuan dan kondisi yang berbeda untuk dapat menikmati pengalaman bersepeda bersama. “Pengalaman bersepeda yang berbeda inilah yang ditawarkan kepada konsumen sehingga pasar pedelec cukup potensial untuk kami jajaki, disisi lain antusias pasar turut mendorong kami menghadirkan produk MTB dalam lini produk kami” tambah Devina.
Entiat-E menjadi varian terbaru dari seri pedelec yang dirilis pabrikan sepeda Polygon pada Mei ini. (son)