JAMBI (Bisnis Jakarta) – Kehadiran Trans Siginjai yang menjadi ikon angkutan massa di Kota Jambi dan sekitarnya potensial untuk mendorong wisata edukasi di Kota Jambi dan sekitarnya.
“Saya setuju selain angkutan penumpang biasa, didorong untuk mendukung wisata edukasi, membawa para siswa atau pengunjung dari luar kota berkunjung ke kampus-kampus di Jambi, museum dan titik-titik pusat edukasi lainnya,” kata Reza, salah seorang mahasiswa tingkat akhir Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jambi di Jambi, Rabu.
Bus ukuran sedang yang melayani sejumlah lokasi di Kota Jambi hingga ke kawasan Kabupaten Muarojambi tersebut saat ini masih difungsikan untuk angkutan penumpang umum, termasuk juga angkutan pelajar di kota itu.
Ia menyebutkan, di Kota Jambi Trans Siginjai melintasi sejumlah titik yang menjadi wisata edukasi seperti Museum Siginjai. Sedangkan di wilayah Muarojambi wisata edukasi bisa dikembangkan di Kampus Universitas Jambi dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha Saifuddin, atau bahkan kampus SMA Model Titian Teras yang merupakan titik terakhir layanan bus itu.
“Ke depan bisa dikembangkan, mungkin sekarang formatnya belum terpikirkan. Trans Siginjai juga bisa dijadikan ajang edukasi masyarakat dan pelajar untuk terbiasa menggunakan angkutan massal daripada kendaraan pribadi,” katanya.
Menurut dia, setiap akhir pekan bisa menjadi ajang edukasi wisata. Ia mencontohkan suasana kampus Unja yang memiliki beberapa fasilitas menarik dan rimbunnya pepohonan di lokasi itu bisa menjadi tujuan bagi para kawula muda, pelajar untuk lebih mengenal kampus negeri tertua di provinsi Jambi itu.
Atau juga ke Kampus UIN Sulta Thaha yang memiliki kekhasan pendidikan berbasis agama Islam dengan berbagai kegiatan mahasiswanya. Kedua kampus itu berdekatan di Mendalo dan kawasan Sungai Duren Kabupaten Muarojambi.
“Mumpung busnya masih fresh dan baru, sehingga masih menarik bagi pelajar,” katanya.
Sementara itu seorang mahasiswa lainnya yang mengaku kerap mengandalkan bus trans Siginjai, ketika ditemui di depan shelter kampus Unja menyebutkan cukup terbantu dengan bus itu, meski terkadang harus menunggu.
“Sayangnya tidak semua shelter dibuat seperti ini (dibangun dengan peneduh), beberapa masih sebatas tangga saja untuk naik bus tanpa peneduh. Jelas kurang nyaman bila panas terik, atau hujan,” katanya. (ant)