Universitas Budi Luhur Siapkan SDM IT untuk Kerja di Jepang

JAKARTA (Bisnis Jakarta) – Setiap perguruan tinggi memiliki ciri khas tersendiri dalam menjalin hubungan dengan pihak luar negeri. Hal ini juga berlaku di Universitas Budi Luhur yang memilih dua Negara, yakni Jepang dan Belanda yang selama ini mewarnai perkuliahan kampus tersebut. Ketua Yayasan Pendidikan Budi Luhur Cakti, Kasih Hanggoro, MBA, selama ini bersama Jepang pihaknya telah melakukan kerja sama seperti festival dan sebagainya.

“Setelah tiga tahun berlalu, kehadiran dubes Jepang di Universitas Budi Luhur sebagai gongnya,” ungkap Kasih Hangggoro usai Kuliah Umum yang menghadirkan Dubes Jepang untuk Indonesia, H.E. Ishli Masafumi di Jakarta, Kamis (26/4).

Kasih Hanggoro menyoroti tenaga IT yang bisa diisi oleh mahasiswa maupun tamatan dari Universitas Budi Luhur.  “Budi Luhur yang akan berusia 40 tahun tahun depan, kita ingin memenuhi dan mengisi tenaga kerja yang profesional ahli di bidang IT ke Jepang. Sekarang baru ke Belanda,” tambah Kasih Hanggoro.

Untuk memenuhi keinginan tersebut, dalam waktu dekat akan datang tim asal Belanda dalam bidang cyber security dan big data. “Kita akan mendirikan di Jakarta esselon center cyber security dan big data. Itu dua poin yang paling penting,” ujar Kasih Hanggoro yang didampingi Duta Besar Sunten Z. Manurung dan Dekan FISIP, Fahlesa Munabari, Ph.D.

Terkait masih sedikitnya mahasiswa Indonesia yang kuliah di Jepang, Sunten Manurung menilai kondisi ini bisa dijawab dengan kerja sama yang dilakukan Universitas Budi Luhur dengan perguruan tinggi di Jepang.

“Universitas Budi Luhur bisa mencoba mengidentifikasi dan mendukung mahasiswa mau kuliah di Jepang melalui kerja sama. Karena jika tidak ada wadahnya mungkin agak sulit berjalan sendiri,” ungkap Sunten Manurung.

Dekan FISIP Unviersitas Budi Luhur, Fahlesa Munabari, menambahkan, sebenarnya banyak kesempatan yang ditawarkan baik oleh pihak swasta maupun pemerintah di Jepang untuk kuliah di sana. “Sebetulnya banyak kuota beasiswa yang disiapkan pihak swasta maupun pemerintah Jepang, hanya saja masih sedikit mahasiswa kita yang bersedia. Kita harus bisa mengambil kesempatan itu, agar semakin banyak warga kita yang bisa kuliah dan bekerja di Jepang,” ujar Fahlesa. (grd)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button