ASEAN Cari Cara Gerakkan Kebangkitan Koperasi

JAKARTA (Bisnis Jakarta) – Anggota Komisi XI DPR Eva Kusuma Sundari mengungkapkan  saat ini 10 negara yang tergabung dalam ASEAN sedang mencari upaya agar gerakan koperasi di ASEAN tidak terlindas oleh liberalisasi perdagangan termasuk jasa yang menjadi inti dari upaya integrasi perekonomian ASEAN.

“Ruang yang dibuka dalam Visi ASEAN adalah untuk hanya koperasi pertanian, ini marginalisasi badan usaha koperasi. Selayaknya pembatasan kepada perempuan oleh feodalisme hanya di peran domestik sehingga menimbulkan gender gap dan akibatnya pembangunan menjadi tuna keadilan,” kata Eva Sundari di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (25/7) kemarin.

Eva yang juga anggota Dewan Pengawas ICA Region Asia Pasific mengaku persoalan itu sudah ia sampaikan dalam presentasinya di hadapan para peserta workshop Advokasi multi-lateral untuk untuk Pengembangan Koperasi di Asean (Multilateral Advocacy for Development of Co-operatives in ASEAN) yang berlangsung di Jakarta, Selasa (24/7/2018).

Kepada para peserta ia mengingatkan adanya upaya pengkerdilan koperasi dalam Platform Visi ASEAN 2020.  “Marginalisasi koperasi sudah dialami koperasi Indonesia, dimana UMKM berjalan pesat sementara koperasi berjalan amat lambat sehingga kontribusinya hanya di bawah 2% di perekonomian nasional,” urainya.

Salah satu penyebabnya, menurut politisi dari PDI Perjuangan ini adalah koperasi yang maju hanya simpan pinjam (keuangan mikro) sementara koperasi-koperasi produksi, distribusi maupun konsumen tidak berkembang (dikembangkan) sehingga koperasi selalu ada di pinggiran.

Oleh karena itu, melalui perannya di parlemen pihaknya akan terus mendorong dan mendukung agar Draft UU Koperasi Indonesia mempunyai roh yang lebih progresif yaitu menjadikan koperasi sebagai tulang punggung perekonomian sehingga bisa advokasi di tingkat ASEAN.

“Ini soal komitmen politik pemerintah untuk mengarus-utamakan koperasi dalam perekonomian sebagai strategi mewujudkan keadilan sosial. Hanya koperasi yang mempunyai fungsi redistribusi kekayaan dalam upayanya mensejahterakan anggota,” sambung Eva Sundari.

Hal ini sesuai asas demokrasi yang menjadi asas koperasi yaitu dari, oleh dan untuk anggota koperasi. Ia juga mengkritisi aktivis gerakan koperasi yang kurang melakukan lobby dan intervensi di parlemen.

“Sementara pemerintah sangat agresif memintakan ratifikasi DPR untuk berbagai skema liberalisasi perekonomian, dan tidak melakukan upaya yang sama untuk penguatan koperasi,” kata Eva.(har)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button