Perkembangan teknologi informasi dan internet dari tahun ke tahun telah membuat pergeseran gaya hidup masyarakat Indonesia dalam menjalankan roda perekonomian. Dampak yang paling terasa adalah pengguna sosial media dan platform e-commerce berkembang pesat.
Perusahan-perusahaan e-commerce baik dari dalam maupun luar negeri turut meramaikan persaingan di pasar Indonesia, baik dengan sistem Business-to-Business (B2B), Businessto-Consumer (B2C) dan Consumer to Consumer (C2C).
Perkembangan bisnis e-commerce sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut perusahaan konsultasi McKinsey, dalam tiga tahun mendatang Indonesia akan memiliki 44 juta pembeli online atau melalui e-commerce dengan nilai sekitar 55-65 miliar dolar Amerika. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu penopang perekonomian Indonesia.
Dengan adanya perusahaan-perusahaan e-Commerce atau marketplace online tersebut sangat membawa perubahan besar bagi pelaku UMKM dalam menjual produk dan menembus pasar internasional.
Pandemi Covid-19 yang datang melanda sejak awal tahun 2020 turut mempengaruhi kondisi UMKM di Indonesia. Turunnya pendapatan, PHK bahkan gulung tikar menjadi resiko yang dihadapi oIeh para pelaku UMKM. Saat ini para pelaku UMKM dituntut melakukan suatu terobosan dalam sistem kerja atau model bisnis agar bertahan dan memperoleh kesempatan untuk bangkit.
Berkaca pada kondisi perekonomian yang terdampak Covid-19 serta meningkatkan kesadaran pelaku UMKM lokal terhadap pentingnya informasi dan komunikasi maka dari itu, Pemerintah melalui Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) memberikan perhatian khusus dengan mengadakan Baparekraf Digital Entrepreneurship (BDE 2.0) pada lull hingga September 2020, melalui program lnkubasi online. “Para pelaku UMKM diharapkan dapat bangkit dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar yang telah melakukan penjualan melalui platform digital lebih dulu sehingga transformasi ekonomi digital di Indonesia bisa maksimal dan pendapatan pelaku UMKM meningkat,” jelas Josua Simanjuntak selaku Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk kreatif Baparekraf.
Baparekraf Digital Entrepreneurship (BDE 2.0) diadakan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi para pelaku UMKM di sektor ekonomi kreatif serta menciptakan ekosistem yang berkualitas bagi para pelaku UMKM khususnya di subsektor fesyen, kuliner dan kriya.
Kegiatan meliputi online mentoring, online coaching, serta penyediaan platform e-commerce khusus untuk para pelaku UMKM Indonesia dimana para penyedia barang atau jasa dari ke-tiga subsektor tersebut diatas dapat langsung memasarkan produk atau jasa mereka kepada para online rese||er yang saat ini sudah menjadi model bisnis yang sangat umum untuk dilakukan.
Pengembangan reseller akan membuka lapangan pekerjaan bagi mereka yang berjiwa entrepreneur, kreatif dan mandiri. “Diadakannya inkubasi online ini utamanya bisa meningkatkan kemampuan para pelaku UMKM dalam melakukan penjualan sehingga penjualan tidak hanya di Indonesia namun bisa di elspor ke luar neged,” jelas Muhammad Neil El Himam selaku Direktur Aplikasi dan Tata Kelola Ekonomi Digital Baparekraf
Sebelumnya Kegiatan BDE, tahap 1 atau BDE 1.0 , dimana 2300 pelaku UMKM telah ber “migrasi” dari berjualan secara konvensional ke jualan secara online di marketp|ace nasiona| telah dilakukan sejak 2017 di beberapa kota di Indonesia. Baparekraf memandang perlu untuk meningkatkan kelas para pelaku UMKM serta memperkuat fundamental bisnis melalui BDE 2.0
Sasaran dalam Baparekraf Digital Entrepreneurship adalah 300 peserta yang terbagi atas 100 peserta per bulan dari periode Juli hingga September 2020 dan akan dipilih 10 peserta terbaik setiap buian untuk melakukan presentasi final guna menunjukkan kemajuan usaha mereka dan memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam program-program pengembangan lain yang diadakan oleh Pemerintah Republik Indonesia. (son)