
Sekitar seminggu lagi atau tepatnya per 1 Oktober 2019 nanti, anggota DPR periode 2014-2019 akan melepas jabatannya termasuk kursi Ketua DPR yang saat ini diduduki Bambang Soesatyo (Bamsoet).
Menjelang berakhirnya masa tugas, politisi Partai Golkar tersebut membagi pengalamannya mulai dari menjajaki profesi wartawan hingga dipercaya menjabat posisi Ketua DPR RI.
Pengalaman tersebut disampaikan Bamsoet saat Press Gathering Wartawan Koordinatoriat Parlemen dengan tema 'Sinergitas DPR RI dan Wartawan Parlemen dalam Menyukseskan Parlemen Modern', di Bogor, Jumat (20/9) malam.
Pada acara yang sekaligus menjadi perpisahan Bamsoet dalam kapasitasnya sebagai pimpinan dewan itu, ia mengingatkan sukses pencapaian karier politiknya, bukan tanpa hambatan dan rintangan. "Ketika gagal hingga 4 kali dalam pencalegan. Saya pikir dunia politik saya sudah habis. Ketika sudah terpilih publik biasanya melihatnya saat sudah enaknya saja, tetapi sebenarnya perjalanan saya terseok-seok," cerita Bamsoet tentang kegetirannya menghadapi kesabaran meraih cita-citanya menjadi anggota DPR.
Keberuntunganpun berpihak kepadanya, pada Pemilu 2009 ia berhasil terpilih sebagai anggota DPR daerah Pemilihan Jawa Tengah VII (Kebumen, Purbalingga, Purwokerto).
Tak menyiakan-nyiakan kesempatan, Bamsoet pun mengatur strategi untuk merawat konstituen yang telah memilihnya. "Karena politisi akan mengharapkan terpilih kembali, maka harus dikenal publik. Kalau sudah dikenal publik, sudah punya punggung istilahnya," ujarnya.
Untuk punya nomor punggung, menurutnya lagi-lagi politisi DPR tidak bisa hanya diam tetapi harus kreatif menyampaikan gagasan dan konsep program kerja di dalam rapat dan menjalin hbungan erat dengan jurnalis selaku ujung tombak dalam publikasi. "Sebab, ada anggota DPR yang sudah empat tahun menjadi anggota DPR tetapi tidak dikenal publik. Tidak dikettahui gagasan, usulan atau berdebat dalam ruang publik tentang konsep pikiran-pikirannya," kata Bamsoet.
Di sisi lain, Bamsoet juga memberi wejangan kepada awak media massa agar tetap terus membina hubungan baik dengan narasumber. Sebab, dia meyakini wartawan tetap membutuhkan narasumber bahkan di saat bukan dalam urusan pemberitaan.
Soal ini, Bamsoet bercerita ketika dirinya mewawancarai Agung Laksono yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga di era Orde Baru. Belakangan, dari Agung Laksono ia menapaki jalur politik di Partai Golkar hingga saat ini memberanikan diri mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Partai Golkar.
Sekretaris Jenderal DPR RI Indra Iskandar Forum Komunikasi dan Sosialisasi Program Kerja (FKSPK) DPR RI berkaitan erat dengan misi parlemen modern.
Untuk itu, Setjen DPR membuka akses seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengetahui hal-hal terkait keparlemenan. Selain media masa, media sosial juga menjadi salah satu elemen yang bisa dimaksimalkan. "Fokus utama dari parlemen modern yaitu teknologi informasi, keterbukaan akses informasi dan fungsi representasi. Untuk itu DPR membuka akses seluas luasnya dengan elemen masyarakat, baik langsung maupun melalui teknologi," ujarnya.
Keterbukaan informasi di parlemen dimaksudkan agar dapat diakses masyarakat dan masyarakat mengetahui cara kerja DPR beserta dukungan teknologi informasi digital, serta sarana keorganisasian di belakangnya dan memiliki dimensi akuntabilitas publik yang kuat.
Prinsipnya, kata Indra parlemen moderen memerlukan kedekatan antara parlemen dengan masyarakat melalui media adalah sebagai penghubungnya.
Turut hadir dalam acara tersebut, Deputi Persidangan Sekretariat Jenderal DPR RI Damayanti, Kepala Bagian Media Cetak dan Media Sosial DPR RI Muhammad Dzajuli, Ketua Koordinatoriat Wartawan Parlemen Romdony Setiawan, serta pegawai di lingkungan Setjen dan BK DPR RI. (har)