Ayana Moon Pilih Indonesia Rumah Kedua

MODEL sekaligus selebgram Ayana Moon mengaku jatuh cinta pada Indonesia, terutama pada makanannya. "Makanannya enak. (Saya suka) ayam penyet," ujar dia di Jakarta, Minggu (1/3).

Selain makanan, Ayana juga memuji ramahnya orang-orang di Indonesia dan suasana Islami yang begitu terasa. Dia bahkan merasa lebih nyaman di Indonesia ketimbang negeri asalnya, Korea Selatan. "Orang-orangnya baik. Suasana di sini Islami. Saya putuskan tinggal di Indonesia, rumah kedua saya. Saya merasa lebih nyaman di Indonesia daripada di Korea," kata dia.

Ketika ditanya impian di masa depan, Ayana menjawab ingin menjadi istri yang sholehah, belajar bahasa Arab di Mesir dan kembali mempelajari politik.

Ayana Jihye Moon lahir di Korea Selatan, 28 Desember 1995. Ayana memutuskan masuk Islam karena ketertarikannya pada Timur Tengah. Ayana saat ini aktif di dunia hiburan Indonesia dan Malaysia. 

Semebtara itu, gelaran Islamic Book Fair 2020 di Jakarta dijadikan momentum Ayana Moon meluncurkan buku berjudul "Ayana Journey to Islam", yang mengisahkan tentang perjalanan termasuk suka dan dukanya mempelajari agama Islam.

Dalam buku itu, dia memulai kisahnya mengetahui Islam dari cerita sang kakek. Saat itu usia Ayana baru tujuh tahun. Kakeknya bercerita tentang perang di Irak, termasuk bagaimana kebiasaan umat Islam dan cara para perempuan berpakaian. "Saya tanya kenapa perempuan di sana memakai hijab, tidak makan babi. Di Korea enggak ada informasi soal Islam," ujar Ayana.

Bagi dia, kakeknya sosok yang berpendidikan, berpengetahuan luas dan sering melanglang buana. Ketika kembali ke Korea, dia sering bercerita apa yang dilihat, didengar dan salah satunya impresi tentang negara-negara Islam. "Semakin banyak kisah yang kudengar, aku merasa semakin penasaran. Kisah-kisah itu menggerakkan sesuatu di dalam diriku. Aku pun mulai mencari tahu tentang dunia yang diceritakan kepadaku itu,” kata dia.

Ayana lalu menceritakan tentang keputusannya masuk Islam dan belajar Islam ke negeri jiran, Malaysia tanpa sokongan dana sepeser pun dari keluarganya. Di sinilah tantangan untuk dia dimulai. "Yang berat waktu (hidup di Malaysia itu saya miskin. Saya lahir dari keluarga berada. Ayah dan ibu saya punya bisnis sendiri. Saya pergi ke Malaysia untuk belajar Islam tetapi tidak didukung keluarga. Itu ujian terberat saya," tutur dia yang saat itu hadir bersama ibu dan adik lelakinya.

Dia juga bercerita tentang hidupnya kini sebagai satu-satunya mualaf di keluarganya hingga keputusannya tinggal di Indonesia dalam buku yang akan tersedia di toko buku pada 2 Maret 2020 itu. (son)

 

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button