“Pica Fest 2018” Kembangkan Industri Kreatif Bali

DENPASAR (Bisnis Jakarta) – “Paradise Island Clothing Association (PICA) Fest 2018” atau festival yang menggabungkan mode (fashion) dengan musik, siap digelar kembali di Denpasar, Bali pada 1-4 Maret mendatang guna mengembangkan industri kreatif di wilayah Bali.

“Kami mencoba membangkitkan kembali semangat para pelaku industri kreatif, terutama pada bidang mode yang pada tahun sebelumnya sempat lesu,” ujar Manajer Humas PICA FEST, Febri Iswara, di Denpasar, Selasa.

Febri menjelaskan, gelaran PICA FEST untuk tahun kelima ini masih memiliki konsep yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu akan memadukan pameran dan penjualan produk industri kreatif mode dengan pertunjukan musik yang akan digelar bersamaan.

“Rencananya akan ada 54 ‘brand’ ‘clothing’ lokal Bali yang akan mengikuti PICA FEST 2018. Sebenarnya animo pengelola distro (distribution store atau toko pakaian) dan pelaku industri pakaian (clothing) untuk ikut sangat besar, namun karena keterbatasan tempat kami juga harus membatasi ‘brand’ yang bisa berpartisipasi,” kata Febri.

Mengantisipasi membeludaknya antrean pengunjung seperti penyelenggaraan sebelumnya, ia mengatakan PICA FEST tahun ini mulai memberlakukan sistem pembelian tiket secara daring/online.

“Kami akan menyediakan jalur khusus bagi pengunjung yang telah membeli tiket secara online, kami harap itu dapat mengantisipasi panjangnya antrean. Untuk harga tiket kami jual Rp20 ribu per hari,” kata Febri.

Selain membuka ‘stand’ distro (toko/outlet pakaian), PICA FEST 2018 juga akan menggelar berbagai kegiatan seperti kontes reptil dengan juri dari luar negeri, arena skateboard, ‘stand’ (gerai) kuliner dan festival musik oleh puluhan kelompok dengan berbagai aliran musik.

“Band yang akan tampil nanti seperti Stars and Rabbit, Rocker Rockers, Killing Me Inside, Navicula, Billfold dan masih banyak lagi dari Bali dan luar Bali. Konsep penampilan yang kami siapkan juga berbeda setiap harinya” katanya.

Sementara itu, vokalis band Navicula, Gede Robi, mengaku sangat mendukung kegiatan festival tersebut. Menurut dia, keberadaan industri ‘clothing’ (pakaian) dan distro (toko/outlet pakaian) juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan musisi, khususnya saat industri musik masih dikuasai “major label”.

“Dulu band-band indie menggunakan produk clothing yang dijual di distro sebagai cara untuk untuk bertahan hidup, sekaligus membuktikan idealisme bermusiknya. Di sisi lain, itu juga menjadi cara mereka untuk mempromosikan bandnya,” ujarnya.

Oleh karena itu, Gede Robi merasa dalam musik yang dimainkan Navicula saat ini, telah memiliki semangat yang sama dengan proses industri kreatif, yakni perlawanan dan kreativitas.

Kesenian/Budaya Desa Sebelumnya (25/2), Pemerintah Kabupaten Badung, Bali, mendukung pengembangan kesenian dan budaya di tingkat desa yang ada di seluruh wilayah Kabupaten Badung.

“Pemkab Badung akan selalu hadir memberikan inspirasi dan terus memfasilitasi agar di semua desa di Badung dapat mengembangkan seni dan budayanya,” ujar Wakil Bupati Badung, I Ketut Suiasa, saat membuka Parade Budaya Desa Mambal di Badung (25/2).

Wabub Suiasa mengatakan, sebagian besar desa/kelurahan di Kabupaten Badung telah melaksanakan kegiatan-kegiatan parade budaya. Hal tersebut menunjukkan bahwa hingga tingkat bawah di wilayah Badung, masyarakat memiliki gairah kreativitas yang tinggi dalam sektor seni budaya.

“Kegiatan ini merupakan hal yang luar biasa karena masyarakat benar-benar berkomitmen dengan Pemkab Badung untuk melakukan pelestarian dan pemberdayaan seni budaya dan adat, guna mengejawantahkan berbagai seni dan aset pembangunan itu sendiri,” ujarnya.

Wabup Suiasa juga menambahkan, bahwa pembangunan apapun yang dilakukan di wilayah Kabupaten Badung, telah disepakati dan dipastikan harus berlandaskan seni dan budaya.

“Budaya merupakan akar dari hati nurani kita bersama, semua pembangunan yang kita laksanakan juga harus berdasarkan hati nurani agar hasilnya sesuai dengan harapan dan keinginan bersama sekaligus tingkat kepuasan masyarakat dapat tercapai,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Panitia parade budaya, Made Partanayasa menjelaskan, parade yang baru pertama kali diadakan di Desa Mambal tersebut, merupakan salah satu kegiatan yang menumbuhkan dan mengembangkan kreatifitas seni bagi pemuda dan seluruh masyarakat Desa Mambal.

“Kami sangat berterima kasih kepada Pemkab Badung yang telah memberikan berbagai dukungan termasuk membantu dana sebesar Rp50 juta sehingga kegiatan parade budaya di desa kami ini dapat terealisasi, semoga kegiatan ini dapat rutin kami gelar” ujarnya. (ant)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button