STP Bandung-NHTV-Breda, Kerjasama Penelitian Pariwisata

JAKARTA (Bisnis Jakarta) – Menpar Arief Yahya membuka sekaligus menjadi keynote speech Seminar Internasional Kepariwisataan Program Penelitian Kerja Sama Luar Negeri STP Bandung dan NHTV Breda-Wageningen University di Jakarta, Jumat (18/5) lalu.

Penyelenggaraan seminar sehari merupakan rangkaian kegiatan Penelitian Kerjasama Luar Negeri (PKLN) antara STP Bandung (Indonesia) dengan NHTV-Breda (Belanda). Kegiatan PKLN diinisiasi oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Puslitabmas) STP Bandung, dilaksanakan sejak 2017, bertujuan meningkatkan kerjasama dengan perguruan tinggi luar negeri serta meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian kepariwisataan di STP Bandung.

Seminar merupakan Hasil Penelitian Mahasiswa Prodi Manajemen Destinasi Pariwisata (D-DIV) STP Bandung (8 Mahasiswa dan 4 Dosen) dengan Mahasiswa BSc Tourism NHTV Breda – Wageningen University & Research (24 Mahasiswa dan 4 Dosen) yang telah melakukan kegiatan observasi lapangan selama 1 bulan di Pulau Sumba dan Pulau Belitung.

Sumba dan Belitung adalah pulau yang saat ini sedang berkembang dan menjadi market bagi wisatawan mancanegara di luar Bali. Belitung dikenal sebagai salah satu 10 DPP atau “Bali Baru”. Sementara itu Pulau Sumba dengan Nihi Sumba Island-nya semakin mendunia, setelah memperoleh penghargaan bergengsi internasional sebagai World’s Best Awards (#1Hotel in The World) oleh majalah Travel + Leisure. “Isu menarik yang menjadi salah satu penilaian adalah Nihi Sumba Island berhasil dalam menjaga kelestarian lingkungan atau environment sustainability serta keperdulian sosial terhadap masyarakat sekitar,” kata Menpar.

Menurut Menpar, environment sustainability atau tourism sustainability menjadi isu global dan menjadi perhatian masyarakat internasional, termasuk para traveller dunia akan memberikan apresiasi tinggi kepada industri pengelola akomodasi yang berhasil menerapkan tourism sustainability atau green hotel. “Pengembangan pariwisata Indonesia sangat concern terhadap sustainable tourism, kita menerapkan prinsip: Semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan,” kata Menpar.

Sementara Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Rizki Handayani Mustafa mengatakan, PKLN ini membahas objek pariwisata di pulau-pulau kecil. Tentunya berdasarkan tinjauan sosial ekonomi maupun manajemen lingkungan. Sehingga bisa diimpelentasikan langsung di negaranya. “Salah satu tugas mahasiswa adalah penelitian. Kerjasama penelitian ini untuk membangun research metodologi. Bentuknya mungkin konten masukan. Kenapa? Mungkin karena konten dari luar negeri kadang belum tentu lebih baik dari yang ada di dalam negeri,” ujarnya.

Selain itu, juga dapat memberikan pandangan bagaimana pengelolaan pulau-pulau kecil dengan kaitannya sebagai suitainable development. “Karena small island ini kaitanya rentan terhadap perubahan-perubahan. Tetapi jika kita bandingkan small island-nya mereka sama small island-nya kita berbeda. Belanda itu kan kecil banget, tetapi paling tidak profesor dan pengajar di sana punya pengalaman pelajaran di negara lain terkait pengelolaan small island,” ujarnya.

Seminar ini menampilkan tiga kelompok mahasiswa, yakni satu kelompok dari STP Bandung yang mempresentasikan hasil penelitian dengan tema Tourism Impact on Socio Culture in Sumba and Belitung Island, dan dua kelompok dari NHTV-Breda Belanda mempresentasikan tema Tourism on Small Island Destination: Socio Economic Inclusiveness and Environmental Management. (son)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button