
JAKARTA (Bisnis Jakarta) – Target asumsi nilai tukar rupiah dakam APBN Tahun 2019 yang ditetapkan pemerintah di kisaran Rp13.700 – Rp14.000 dianggap sudah tidak realistis. Sebab, saat ini pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sudah melampaui Rp 14.000.
“Bagaimana nilai tukar Rp13.700 hingga Rp14.000. Hari ini saja nilai tukar sudah Rp14.350. Artinya tekanan nilai tukar dari waktu ke waktu akan terus meningkat,” kata anggota Banggar (Banggar) DPR Abdul Hakam Naja dalam rapat di Ruang Rapat Banggar, Jakarta, Senin (2/7).
Penegasan disampaikan saat Banggar menggelar rapat panja membahas asumsi dasar kebijakan fiskal, pendapatan, defisit dan pembiayaan tahun 2019 yang telah diajukan pemerintah.
Menurut politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini nilai tukar rupiah ke depannya masih akan terus tertekan. Mengingat Bank Sentral AS, The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuannya. Sehingga target nilai rupiah dinilai sangat tidak sesuai dengan dinamika perekonomian global sehingga perlu direvisi dan realistis.
Untuk itu, ia mengusulkan perubahan target asumsi nilai tukar rupiah tahun 2019. Dia mengusulkan asumsi dalam rentang Rp13.700 – Rp14.200. “Itu lebih realistis. Pelemahan nilai tukar juga harus diwaspadai pemerintah. Sebab hal itu akan menambah beban pemerintah khususnya dari sisi utang luar negeri untuk energi,” ujarnya.
Pemerintah telah mengajukan sejumlah asumsi dasar Kerangka Dasar Ekonomi dalam APBN 2019 yakni pertumbuhan sebesar 5,2-5,6 persen, inflasi 2,5-4,5 persen (year-on-year) dan suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan 4,6-5,2 persen. Kemudian terkait dengan target pembangunan disepakati tingkat pengangguran terbuka 4,8-5,2 persen, tingkat kemiskinan 8,5-9,5 persen, rasio gini 0,38-0,39, dan indeks pembangunan manusia (IPM) 71,98. (har)