
GIANYAR (Bisnis Jakarta) – “Andaikan saja, sebelum saya jadi bupati tiga tahun lalu, saya punya data seperti ini, komplit di seluruh desa, mungkin Gianyar itu sudah nomor satu di Indonesia.” Ujar I Made Agus Mahayasastra, ketika menunjukkan apresiasinya pada hasil Data Desa Presisi (DDP) Desa Tegallalang, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Kabupaten dengan luas wiayah 368 km2, tapi jumlah penduduk nomor tiga di Bali tersebut masih menggeliat di era Pandemi Covid 19. Ia juga berhasil membangun pasar terbesar di Bali yang kini mencapai penyelesaian 65 persen. Selain itu, ia juga berhasil membangun dua rumah sakit.
Keunggulan dari salah satu rumah sakit tersebut yakni, bangunannya cuma satu, sedangkan area lainnya dibiarkan menghijau. Inisiatif untuk menghasilkan DDP yang dilakukan di Kabupaten Gianyar tersebut berasal dari studi doktoral Rieke Diah Pitaloka yang dielaborasi dan dan dikembangkan di Bali. Kandidat Doktor dari Universitas Indonesia tersebut, juga menginspirasi dua desa lainnya yakni Pantai Bakti Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi dan Desa Sibandang Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara untuk mengimplementasikan DDP dalam perencanaan pembangunan pedesaan.
“Saya ingin sampaikan 2022 semua desa harus sudah seperti Desa Tegallang,” obsesi Bupati Gianyar tersebut kemudian dikemukakan alasannya yakni tanpa data yang akurat, tanpa data yang valid, tanpa data yang benar, tentu tak bisa menuntun bagaimana bupati membuat keputusan. Menurutnya bila salah dalam pengambilan keputusan, maka akan bermasalah dalam pembiayaan dan menimbulkan kerugian, jauh melebihi daripada yang diperkirakan. Ia yakin DDP menjadi perwujudan cita-cita Bung Karno yang sudah memikirkan pembangunan berbasis data sejak 1959 atau 60-an tahun yang lalu. Ia terpesona pada aplikasi DDP yang hasil output-nya bisa lihat dalam hitungan detik.
Seperti halnya Bupati Gianyar, Dr. Sofyan Sjaf juga mengangkat keberadaan Dewan Perancang Pembanguan Nasional (Depernas) yang beranggotakan 513 pemikir-pemikir bangsa ini yang sudah mendahulukan adanya riset dalam mencapai kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Hasil kajian Bapernas memastikan, dua hal itu hanya bisa dicapai dengan dua hal pula yakni adanya democratic rural development, pembangunan pedesaan yang demokratik, sedangkan prosesnya harus dengan data yang akurat. Ia juga menegaskan ulang pernyataan Presiden Jokowi,
“Masalah akurasi data masih menjadi persoalan hari ini,” Wakil Kepala LPPM IPB University memastikan masalah akurasi data yang dipersoalkan Presiden bisa diselesaikan dengan mereplikasi DDP di seluruh Indonesia.
Dr. Ernan Rustiadi menegaskan salah satu kontribusi yang menjadikan IPB University sebagai kampus terbaik karena adanya penelitian-penelitian yang terbaik. “Apa yang dilakukan Pak Sofyan merupakan salah satu contoh hasil inovasi dan penelitian yang kami hasilkan!” Ia lebih lanjut menyampaikan tugas LPPM University yang dipimpinnya untuk mengkoordinasikan semua penelitian dan pengabdian masyarakat di IPB University.
“Setiap tahun kira-kira sebesar seribu tujuh ratus penelitian dan tahun lalu, Alhamdulillah dalam perangkingan perguruan tinggi, IPB dinyatakan perguruan tinggi terbaik. Salah satu kontribusinya, karena penelitiannya juga terbaik,” tegasnya bangga.
Sedangkan Dr. Arif Satria memuji upaya Penggagas DDP tersebut, “Pak Sofyan ini luar biasa”, lalu memberikan penghargaan khusus terhadap Tim dari Unit Desa Presisi (UDP) juga para pemuda Karang Taruna Desa Tegallalang yang menjadi enumerator DDP. Selain menyampaikan kehandalan DDP, Rektor IPB University juga menunjukkan keunggulan-keunggulan IPB University lainnya, sambil menggaungkan kalimat epik yakni “Revolusi berangkat dari desa, revolusi dari bawah.”
Ia mendasarkan kalimatnya pada gagasan Presiden Jokowi tentang membangun dari pinggiran yakni pembangunan dari desa. “Itu spirit yang luar biasa!,” pungkasnya untuk semakin mendukung adanya DDP di seluruh Indonesia, sebagaimana yang kini dilakukannya sebagai Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI). DDP akan didiseminasi lebih luas melalui forum yang dipimpinnya tersebut.
Rektor IPB tersebut menunjukkan kemajuan Korea Selatan yang dimulai dari desa, dengan cara meningkatkan kepercayaan diri. Park Chung Hee, Presiden Korea Selatan (Korsel) 1963-1979, berhasil membangun fondasi kemajuan negara ginseng tersebut dengan cara plasterisasi. Presiden yang berhasil memodernisasi Korsel tersebut, mulai membangun desa dengan plesterisasi. Rumah yang beralas tanah diplester, sehingga meningkatkan rasa kepercayaan diri. Ia berharap dengan DPP juga bisa membangun fondasi desa yang kuat. Harapan yang tentu jauh lebih baik daripada plasterisasi. Meski DDP juga bisa menjadi dasar rasa kepercayaan diri seluruh aparat desa hingga Bupati Gianyar sendiri untuk membawa Gianyar sebagai kabupaten terbaik se Indonesia. *rah