Bisnisjakarta.co.id – Eka Bangsa Berdikari Indonesia sebagai suatu wadah perkumpulan anak muda di Jawa Baratg secara rutin melakukan kegiatan sosial untuk memecahkan masalah di masyarakat.
Salah satu isu yang menjadi perhatian dari Eka Bangsa Berdikari Indonesia yakni terkait masalah stunting yang dapat menghalangi visi Indonesia Emas 2045.
Oleh karena itu, Eka Bangsa Berdikari Indonesia mengadakan sosialisasi dan interaktif dalam seminar yang mengusung tema Upaya Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Melalui Pencegahan Stunting digelar di Ballroom Hotel Topas jl. Pasteur- Bandung, Selasa 20 Desember 2023.
Pemateri pertama diisi oleh Elma Triyulianti, S.Psi., MM., dari BKKBN Jawa Barat selaku Mentor Bidang Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga mengatakan bahwa pencegahan Stunting dapat dilakukan secara sederhana, yakni melalui cegah pernikahan dini.
“Salah satu pencegahan Stunting dapat dilakukan dengan menikah pada usia ideal, minimal 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki,” kata Elma Triyulianti.
Menikah pada usia ideal, seorang ibu akan siap secara mental dan kematangan organ reproduksi, begitu juga dengan laki-laki akan siap kematangan dan kualitas spermanya.
Stunting tidak bisa berarti kerdil, lanjut Elma. Stunting merupakan sebuah kondisi gagal pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak-anak akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial tidak memadai terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan.
“Stunting ditandai dengan pertumbuhan yang tidak optimal sesuai dengan usianya,” ujar Elma Triyulianti.
Hal tersebut tidak sesuai dengan cita-cita Indonesia Emas pada tahun 2045 dikarenakan sumber daya manusia yang tidak berkualitas dan tidak berdaya saing dikarenakan Stunting.
Sehingga, bonus demografi harus dipersiapkan kualitas dan potensi sumber daya manusianya dengan bagus melalui strategi perencanaan Pernikahan, perencanaan Pendidikan dan perencanaan Kesehatan.
Guna mencegah kemunculan kasus stunting, sambung Elma, idealnya tiga bulan sebelum menikah wajib memeriksakan kesehatannya melalui aplikasi Elsimil (*Elektronik Siap Nikah dan Hamil).
Trik yang paling mudah dilakukan yakni dengan menghindari perilaku beresiko, misalnya pacaran, pernikahan dini, narkoba, seks bebas.
Kemudian, menikah minimal pada usia 21 tahun untuk perempuan dan laki-laki berusia 25 tahun.
“Selanjutnya, menjaga 1.000 Hari Pertama Kehidupan dengan ikut program Keluarga Berencana, yakni membuat jarak kehamilan kembali melalui IUD, kondom, pil, sterilisasi MOP dan MOW, Suntik atau implan sesuai dengan kondisi tubuh ibu,” ujar Elma menjelaskan.
“Dibutuhkan kepedulian keluarga guna mencegah Stunting demi kualitas sumber daya manusia,” pungkas Elma Triyulianti.
Memasuki materi ke 2 yang diisi oleh R. Yunandar Eka Perwira, ST., ME., Anggota Komisi 2, DPRD Prov Jawa Barat yang menegaskan bahwa bonus demografi jangan sampai menjadi masalah karena saat ini mengalami Stunting yang nantinya akan menjadi beban keluarga dan beban negara.
“Generasi Z akan mengalami ledakan jumlah pada 2024, sehingga Indonesia mengalami bonus demografi, apabila sumber daya manusianya tidak dipersiapkan untuk produktif maka bonus demografi tersebut tidak bisa dibuat sebagai modal kemajuan,” ungkap Yunandar.
Satu hal yang penting untuk dicapai pada 2045 adalah kemajuan pendidikan tinggi, teknologi dan budaya yang dapat mendunia, tambah Yunandar.
“Meskipun dibutuhkan proses panjang guna mencapainya Indonesia Emas, bila sumber daya manusianya dapat bersaing tinggi maka dari sekarang angka Stunting harus ditekan, bahkan capaiannya zero Stunting,” ujar Yunandar.
“Dengan sosialisasi Stunting ini, karena masih banyak anak-anak dan remaja belum banyak berfikir tentang asupan bergizi, kesadaran memberikan makanan bergizi yang baik pada anak belum terealisasi dengan kesadaran,” jelas Yunindar.
Hal tersebut juga dipertegas oleh Muhammad Kodir, S.Si., MT., Satgas Percepatan Penurunan Stunting, BKKBN Jawa Barat bahwa remaja mempunyai peran yang sangat penting yakni mensosialisakan perbaikan gizi, berperan aktif menurunkan Stunting, dan mengetahui kata kunci penurunan Stunting.
” Kenali gejala Stunting dan faktor penyebabnya diantaranya tidak hamil pada usia belum matang,” ujar Kodir.
Kata kunci selanjutnya, remaja puteri harus sehat tanpa anemia, merencanakan keluarga secara bijak dengan perkawinan tidak terlalu muda atau pernikahan terlalu tua.
Selanjutnya, beri asupan gizi seimbang, memanfaatkan usia muda yang produktif dan Tolak Narkoba,” ujar Muhammad Kodir
Berdasarkan data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting pada anak-anak di bawah lima tahun di Provinsi Jawa Barat mencapai 20,2 persen pada tahun 2022, menandai penurunan sebesar 4,3 poin persentase dari tahun sebelumnya yang mencapai 24,5 persen.***