
Menpar Arief Yahya mengatakan, salah satu strategi dalam merebut pasar wisatawan milenial adalalah bagaimana membuat destinasi menjadi lebih dekat dan lebih murah bagi para milenial. “Ini menjadi tugas bersama untuk mengalokasikan sumber daya dalam merebut pasar wisatawan milenial,” kata Menpar di Jakarta, Sabtu (3/11).
Menpar menjelaskan, dalam merebut pasar wisatawan millennial sangat berbeda dengan wisatawan pada umumnya karena wisatawan kalangan muda tersebut sangat digital dan mereka lebih menyukai destinasi-destinasi yang menjadi trending topic.
Menurut Menpar Arief Yahya digital sangat personal karena itu tidak relevan kalau masih disegmentasi. Size dan power milenials sangat besar, karena mereka speak up di digital. Karena itu perlu strategi khusus dalam mengejar pasar milenials.
Menurut Menpar, sisi lain domestic market Indonesia sangat kuat dan ini merupakan potensi besar yang harus dioptimalkan. “Kalo mau memenangkan persaingan, itu tentang proximity dan purchasing power,” kata Menpar.
Sementara itu Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Rizky Handayani mengatakan, wisatawan milenial akan terus tumbuh dan menjadi pasar utama. Tahun 2019 lebih dari 50% pasar pariwisata Indonesia sudah didominasi milenial. Pasar pariwisata Asia didominasi wisatawan milenial berusia 15-34 tahun mencapai 57%. Generasi milenial di Cina mencapai 333 juta orang, Filipina 42 juta, Vietnam 26 juta, Thailand 19 juta, sedangkan Indonesia 82 juta orang. "Jumlah millennial kita yang besar itu membuat banyak negara, seperti Korea dan Jepang, mulai
menyasar pasar milenial Indonesia. "Kita tidak boleh kecolongan dalam mengantisipasi potensi wisatawan milenial tersebut,” kata Rizki yang akrab disapa Kiki. (son)