SLEMAN (Bisnis Jakarta) – Keraton Yogyakarta akan menggelar upacara adat Labuhan Ageng Gunung Merapi dalam rangka hajad “Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat” untuk memperingati naik tahta Sri Sultan Hamengku Buwono X Selasa 17 April 2018.
Rangkaian acara labuhan tersebut diawali pada Senin 16 April 2018 berupa penyerahan ‘uba rampe’ labuhan dari Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat kepada Camat Depok di Pendopo Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.
Uba rampe tersebut untuk selanjutnya oleh para “abdi dalem” dan Camat Depok diarak ke Kantor Kecamatan Cangkringan. Camat Depok menyerahkan uba rampe tersebut kepada Camat Cangkringan di Pendopo Kecamatan Cangkringan.
Camat Cangkringan kemudian menyerahkan uba rampe tersebut kepada Juru Kunci Gunung Merapi Mas Kliwon Suraksohargo atau yang akrab dipanggil dengan Pak Asih untuk dibawa ke Joglo Kinahrejo atau di petilasan rumah Mbah Maridjan.
Labuhan merapi ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya, yaitu pada tangal 30 Rejeb kalender Jawa.
Bupati Sleman Sri Purnomo dalam sambutan yang dibacakan Asisten Sekretaris Daerah Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Sleman Purwatno Widodo mengatakan bahwa Upacara Labuhan ini dimaknai sebagai sebuah persembahan doa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Atas rahmat dan anugrahnya Raja Keraton Ngayogkarto Hadiningrat dan masyarakat Yogyakarta diberikan keselamatan serta sebagai tanda penghormatan bagi leluhur keraton Ngayogyokarto Hadiningrat.
“Upacara ini juga merupakan bentuk rasa syukur dan doa bagi keselamatan raja keraton Ngayogyokarto Hadiningrat yang senantiasa mengayomi dan memimpin rakyatnya dengan penuh cinta. Sebuah kedekatan antara masyarakat dengan rajanya yang dimaknai dengan masih adanya kepercayaan, penghargaan, dan penghormatan kepada rajanya,” katanya.
Menurut dia, labuhan yang didasari oleh pandangan hidup yang terwujud dalam etika keseharian bagaimana masyarakat jawa berbuat, sehingga dari aktivitas tersebut tercipta sebuah keselarasan dengan alam dan lingkungan.
“Banyaknya pengaruh budaya modern yang masuk pada zaman sekarang, diharapkan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Kinahrejo dan sekitar Merapi perlu terus dipupuk dan dikembangkan lagi karena budaya seperti Labuhan Merapi ini merupakan aset kekayaan budaya yang harus terus dilestarikan,” katanya.
Juru Kunci Gunung Merapi Mas Asih atau Mas Lurah Kliwon Suraksohargo, mengatakan bahwa upacara adat tersebut merupakan wujud rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Selain itu Labuhan Merapi juga bertujuan untuk memohon perlindungan dan keselamatan untuk seluruh warga masyarakat Yogyakarta,” katanya.
Ia berharap agar tradisi Labuhan Merapi tersebut dapat lestari di tengah tantangan modernisasi. Terlebih menurutnya generasi muda harus bisa melestarikan dan mengembangkan tradisi budaya tersebut.
“Harapannya para kaula muda bisa tahu tentang budaya, dan bisa mempelajari tentang budaya. Semoga budaya ini bisa berkembang dengan baik, sehingga masyarakat itu paham tentang budaya,” katanya.
Prosesi pada Senin (16/4) ini dimulai dengan mengarak gunungan dan ubo rampe dari Kantor Kecamatan Cankringan menuju Petilasan Rumah Mbah Maridjan. Kemudian gunungan dan uborampe tersebut secara seremonial diserahkan oleh Camat Cangkringan dan di terima oleh Juru Kunci Merapi.
Acara siang itu diakhiri dengan berebut isi gunungan yang terdiri dari macam-macam hasil bumi.
Labuhan Merapi akan dilanjutkan pada Selasa (17/4) besok menuju ke Bukit Srimanganti di lereng Gunung Merapi dengan membawa ubo rampe. Kemudian acara dilanjutkan dengan prosesi ritual dan doa. Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara akan ditutup dengan pembagian nasi berkat kepada masyarakat. (ant)