
DENPASAR (Bisnis Jakarta) – Bali meraup devisa sebesar 443,44 juta dolar AS hasil pengapalan berbagai jenis matadagangan ke pasaran luar negeri selama sepuluh bulan periode Januari-Oktober 2017, meningkat 23,99 juta dolar AS atau 5,72 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 419,44 juta dolar AS.
“Khusus bulan Oktober 2017 nilai ekspor itu mencapai 47,69 juta dolar AS meningkat 2,72 juta dolar AS atau 6,05 persen dibanding bulan sebelumnya (September 2017) yang tercatat 44,97 juta dolar AS,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali I Gede Nyoman Subadri di Denpasar, Rabu (6/12).
Devisa tersebut sekitar 77 persen diperoleh dari pengapalan hasil usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang menjadi tulang punggung perolehan ekspor non migas. Lima jenis komoditas utama yang menembus pasaran luar negeri itu meliputi ikan dan udang 27,50 persen, produk pakaian jadi bukan rajutan 12,99 persen, produk perhiasan (permata) 12,68 persen, produk kayu, barang dari kayu 9,25 persen, serta produk perabot dan penerangan rumah 7,65 persen.
I Gede Nyoman Subadri menambahkan, berbagai jenis produk yang dikapalkan ke luar negeri itu paling banyak menembus pasaran Amerika Serikat sebesar 27,11 persen, menyusul Australia 9,78 persen, China 9,20 persen, Singapura 7,11 persen dan Jepang 6,78 persen.
Meningkatnya nilai ekspor Bali yang signifikan itu dipengaruhi oleh bertambahnya nilai ekspor tujuan vietnam sebesar 1,20 juta dolar AS atau naik sebesar 3.195,35 persen.
Menyusul tujuan China meningkat 888.672 dolar AS dan Amerika Serikat 654,771 dolar AS. Sementara dilihat secara komoditas dipengaruhi oleh naiknya nilai ekspor produk ikan dan udang sebesar 2,01 juta dolar AS, produk prabot penerangan rumah 840.794 dolar AS serta produk kayu dan barang dari kayu 675.402 dolar AS.
I Gede Nyoman Subadri menjelaskan, dari sepuluh negara tujuan ekspor Bali hanya tujuan China, Hong Kong dan Thailand mengalami peningkatan yang signifikan. Pasaran Amerika Serikat paling banyak menyerap komoditas pakaian jadi bukan rajutan, perhiasan (permata), aneka jenis cenderamata dari kayu, daging dan ikan olahan, benda-benda dari batu dan kapas.
Sedangkan China paling banyak menyerap komoditas ikan dan udang, Australia berupa perabot penerangan rumah serta Singapura menyerap barang-barang rajutan dan barang-barang dari kulit. (grd/ant)