DENPASAR (Bisnis Jakarta) – Gunung Agung yang memiliki ketinggian 3.142 meter di atas permukaan laut merupakan salah satu di antara tiga gunung yang ada di Bali dan secara administratif masuk wilayah Kabupaten Karangasem, terletak sekitar 95 kilometer timur Denpasar. Di lereng kaki gunung tertinggi di Pulau Dewata itu terdapat Pura Besakih, tempat suci umat Hindu terbesar yang menyimpan ketenangan dan kedamaian yang senantiasa menjadi pusat perhatian umat.
“Aktivitas gempa vulkanik Gunung Agung itu meningkat sejak pertengahan Agustus 2017, namun kemudian sempat hilang dan muncul lagi sejak awal September 2017,” tutur Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gede Suantika.
Aktivitas gempa Gunung Agung pada Jumat (15/9) mencapai 27 kali, meningkat dibandingkan dengan pada Sabtu (16/9) yang tercatat 73 kali kegempaan vulkanik. Demikian pula pada Minggu (17/9) yang dipantau sejak pukul 00.00 hingga 12.00 Wita, kegempaan vulkanik tercatat 50 kali meskipun statusnya masih tetap waspada.
Karena itu, semua masyarakat dan wisatawan diimbau untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer, sebagai upaya mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Pemerintah Provinsi Bali melalui Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, Dewa Indra, Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, dan instansi terkait lainnya, sejak dini telah melakukan rapat koordinasi untuk menyatukan langkah terkait dengan kesiapsiagaan terhadap bencana.
Rapat koordinasi itu, melibatkan seluruh jajaran instansi terkait, antara lain membahas pelaksanaan simulasi siaga bencana Gunung Agung serta melakukan persembahyangan bersama untuk memohon agar bencana letusan Gunung Agung tidak terulang kembali.
Persembahyangan itu untuk memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sanghyang Widhi Wasa. Persembahyangan tersebut agar bencana yang pernah terjadi pada 1963, tidak terulang lagi di Kabupaten Karangasem.
Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri mengaku telah menginstruksikan kepada seluruh stafnya untuk melakukan persembahyangan bersama di 17 pura besar di daerah ujung timur dari Pulau Dewata itu.
Demikian pula, pihaknya meminta seluruh masyarakat Karangasem melakukan persembahyangan untuk memohon agar Kabupaten Karangasem tetap aman serta tidak terjadi bencana. Sementara itu, Wakil Bupati Karangasem I Wayan Arta Dipa beserta staf melakukan persembahyangan di Pura Besakih, tempat suci terbesar di Pulau Dewata.
Simulasi bencana Pemerintah Kabupaten Karangasem yang didukung Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, segera menggelar simulasi siaga bencana supaya warga mengantisipasi jika terjadi bencana erupsi Gunung Agung.
Simulasi untuk meningkatkan kewaspadaan seluruh masyarakat itu mulai dilaksanakan pada Senin (18/9) yang menjangkau seluruh kecamatan di Kabupaten Karangasem. Simulasi tahap pertama dilaksanakan di Kecamatan Abang, menyusul kecamatan lainnya, dalam satu hari dilaksanakan di tiga hingga empat kecamatan sehingga dalam waktu dua hari seluruh kecamatan tuntas mendapatkan ilmu tentang kesiapsiagaan terhadap bencana.
Melalui simulasi siaga bencana itu, warga dapat lebih mawas diri dan sigap terhadap kemungkinan terjadi bencana sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Berkaca dari pengalaman bencana alam berupa letusan Gunung Agung pada 1963 yang telah menelan ribuan korban jiwa, Bupati IGA Sumantri berharap bencana itu tidak terulang kembali.
Jikapun terjadi bencana, diharapkan semua warga bisa selamat, terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali Dewa Indra menjelaskan bahwa berdasarkan pengalaman bencana gunung berapi di Indonesia, jumlah korban akibat bencana hampir tidak ada, namun yang menjadi korban adalah warga yang melanggar larangan atau perintah dari petugas.
Banyak warga yang melanggar ketentuan, seperti yang sudah diberikan berupa larangan naik ke gunung, tetapi masih ada yang melanggar sehingga merenggut korban jiwa. Demikian pula banyak warga yang panik dan tidak siap menghadapi bencana sehingga terjadi korban jiwa.
Dengan adanya simulasi, warga bisa mengerti dan memahami sehingga bisa mengikuti langkah menyelamatkan diri dan barang berharga jika terjadi bencana. Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Bali Gede Made Jaya Serataberana mengatakan pihaknya telah mengamati dan mencermati jalur-jalur yang mempunyai riwayat terdampak letusan Gunung Agung pada 1963.
Pada jalur-jalur tersebut, telah dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai kesiapsiagaan bencana, menyikapi meningkatnya status Gunung Agung dari level I (normal) ke level II (waspada). Untuk itu, pihak BPBD Provinsi Bali mengintensifkan pemantauan dan terus berkoordinasi dengan berbagai pihak, serta melakukan langkah antisipasi dan meningkatkan kesiapsiagaan.
Masyarakat diharapkan tidak panik dan tetap berdoa memohon kerahayuan dan keselamatan. BPBD Bali juga melakukan koordinasi dengan BPBD kabupaten dan kota, serta menyiapkan bantuan tanggap darurat seperti masker.
Masyarakat sekitar kawasan Gunung Agung diminta untuk mengindahkan petunjuk yang diberikan oleh pihak yang berwenang guna menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. (grd/ant)